JAKARTA - Banyak orang mengira sakit tenggorokan, suara serak, atau rasa tidak nyaman di leher hanya bagian dari gejala flu biasa yang akan mereda dalam hitungan hari.
Namun, jika keluhan tersebut menetap dan tidak juga membaik, bisa jadi itu tanda dari masalah kesehatan yang jauh lebih serius, yakni kanker tenggorokan. Kondisi ini muncul akibat pertumbuhan sel abnormal di area tenggorokan, laring, hingga amandel yang akhirnya membentuk tumor.
Deteksi sejak dini menjadi kunci utama dalam meningkatkan keberhasilan terapi kanker tenggorokan. Sayangnya, tanda-tanda awal penyakit ini sering kali begitu samar hingga kerap disalahartikan sebagai keluhan ringan.
Karena itu, penting bagi masyarakat untuk lebih waspada terhadap gejala-gejala yang terlihat sepele tetapi bisa mengarah pada penyakit serius.
Lokasi Kanker Tenggorokan Berkembang
Kanker tenggorokan biasanya berawal dari sel-sel pipih yang melapisi bagian dalam tenggorokan. Namun, penyebarannya bisa lebih luas hingga melibatkan amandel, kotak suara (laring), maupun epiglotis, yaitu katup tulang rawan yang berfungsi melindungi saluran napas ketika seseorang menelan makanan atau minuman.
Secara umum, kanker tenggorokan dapat muncul di beberapa area berikut:
Nasofaring: Bagian paling atas tenggorokan yang letaknya di belakang hidung.
Orofaring: Bagian tengah tenggorokan yang berada tepat di belakang mulut.
Hipofaring: Area bawah tenggorokan, tempat pertemuan antara laring dan esofagus.
Laring: Bagian yang dikenal sebagai kotak suara, sehingga kanker di area ini disebut kanker laring.
Menurut data American Cancer Society, kasus kanker laring di dunia justru mengalami penurunan sekitar 3% setiap tahun. Salah satu faktor utama yang mendukung tren ini adalah semakin banyaknya orang berhenti merokok, sehingga risiko penyakit ikut menurun.
Gejala Kanker Tenggorokan yang Sering Disangka Flu
Walau tampak sederhana, beberapa tanda awal kanker tenggorokan bisa menyerupai gejala flu, pilek, atau radang tenggorokan. Berikut lima di antaranya yang sebaiknya tidak diabaikan:
1. Sakit Tenggorokan Tak Kunjung Hilang
Biasanya sakit tenggorokan karena flu akan reda dalam waktu 7–14 hari. Namun, pada kanker tenggorokan, rasa sakit bisa menetap hingga berminggu-minggu. Keluhan ini terasa mengganjal, konstan, dan tidak merespons obat-obatan umum.
2. Suara Serak atau Perubahan Suara
Tumor yang tumbuh di area pita suara dapat menyebabkan suara menjadi serak, parau, atau terdengar lebih lemah. Jika perubahan suara bertahan lebih dari dua minggu tanpa penyebab yang jelas seperti alergi atau pilek, segera lakukan pemeriksaan medis.
3. Kesulitan Menelan (Dysphagia)
Awalnya penderita hanya merasa sulit menelan makanan padat, seolah ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokan. Namun seiring waktu, kesulitan ini juga bisa dialami saat menelan cairan, disertai rasa nyeri atau terbakar. Gejala ini berbeda dengan radang biasa karena cenderung semakin memburuk.
4. Benjolan di Leher
Benjolan yang muncul di leher tanpa rasa sakit patut dicurigai sebagai tanda kanker yang sudah menyebar ke kelenjar getah bening. Berbeda dengan pembengkakan akibat infeksi, benjolan kanker biasanya keras, tidak nyeri saat disentuh, dan terus membesar seiring waktu.
5. Penurunan Berat Badan Tanpa Sebab Jelas
Hilangnya berat badan secara signifikan tanpa perubahan pola makan atau aktivitas bisa menjadi pertanda serius. Kondisi ini kerap dialami penderita kanker tenggorokan karena rasa sakit ketika menelan membuat nafsu makan menurun, atau karena energi tubuh terkuras untuk melawan sel kanker.
Faktor Risiko Kanker Tenggorokan
Tidak semua orang memiliki peluang sama dalam mengembangkan kanker ini. Beberapa faktor risiko yang paling umum antara lain:
Kebiasaan merokok: Baik rokok tembakau maupun rokok elektrik (vape). Perlu ditekankan bahwa vaping bukanlah alternatif aman.
Konsumsi alkohol berlebihan: Semakin banyak dikonsumsi, semakin besar risiko kanker tenggorokan berkembang.
Jenis kelamin dan usia: Pria di atas 50 tahun cenderung lebih berisiko.
Infeksi HPV (Human Papillomavirus): Virus yang menular melalui hubungan seksual ini dapat memicu kanker di area mulut dan tenggorokan.
Pentingnya Pemeriksaan Dini
Jika salah satu atau beberapa gejala di atas muncul secara berulang dan menetap, langkah terbaik adalah segera menemui tenaga medis. Pemeriksaan lebih lanjut dapat membantu memastikan apakah keluhan memang hanya infeksi biasa atau justru tanda kanker tenggorokan.
Apabila kanker benar terdiagnosis, dokter akan menentukan jenis terapi yang sesuai dengan stadium penyakit, mulai dari radiasi, kemoterapi, hingga tindakan operasi. Keberhasilan pengobatan akan jauh lebih besar apabila penyakit ditemukan sejak dini.
Gejala kanker tenggorokan sering kali menyerupai flu atau radang tenggorokan biasa, sehingga mudah disepelekan. Namun, perbedaan utama terletak pada durasi dan intensitas gejala yang tidak kunjung membaik. Kesadaran masyarakat dalam mengenali tanda-tanda awal, ditambah pemeriksaan rutin bagi yang berisiko tinggi, dapat menjadi langkah pencegahan sekaligus meningkatkan peluang kesembuhan.
Deteksi dini bukan hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga menjaga kualitas hidup penderita agar tetap baik meski menghadapi kanker. Karena itu, jangan abaikan sakit tenggorokan, suara serak, atau kesulitan menelan yang tak kunjung hilang. Bisa jadi, itu bukan sekadar flu, melainkan sinyal tubuh atas masalah kesehatan yang jauh lebih serius.