JAKARTA - PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk. (SBMA) terus menunjukkan langkah strategis dalam memperkuat bisnisnya.
Tidak hanya fokus pada produk gas industri yang menjadi penopang utama pendapatan, emiten ini juga mulai melirik peluang baru melalui rencana penambahan lini usaha di bidang pengolahan residu. Inisiatif ini ditegaskan dalam rencana Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan segera digelar pada September 2025.
Rencana ekspansi ini tidak hanya memperlihatkan strategi diversifikasi bisnis, tetapi juga menegaskan komitmen SBMA terhadap praktik industri ramah lingkungan.
Dengan memanfaatkan limbah produksi menjadi produk bernilai tambah, perusahaan berupaya menciptakan keseimbangan antara profitabilitas dan keberlanjutan.
Perubahan Susunan Direksi
Selain agenda diversifikasi usaha, perusahaan juga mengumumkan adanya perubahan susunan direksi. Per 1 September 2025, Julianto Setyoadji resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Direktur.
Menyusul keputusan ini, Dewan Komisaris mengusulkan nama Reza Fahlepy untuk posisi Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) dan Legal.
Pengangkatan ini akan dibahas dan diputuskan dalam RUPSLB mendatang. Menurut Direktur Utama SBMA, Rini Dwiyanti, perubahan ini tidak membawa dampak material terhadap kegiatan operasional, hukum, maupun kondisi keuangan perseroan.
“Perubahan ini tidak berdampak material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha perseroan,” jelasnya.
Fokus pada Daur Ulang Residu
Agenda utama yang diusung SBMA dalam RUPSLB kali ini adalah permintaan persetujuan untuk menambah lini bisnis baru di bidang pengolahan atau daur ulang residu.
Dengan inisiatif tersebut, residu produksi akan diolah kembali menjadi produk bernilai tambah yang tidak hanya memperkuat efisiensi rantai pasok, tetapi juga memberi dampak positif bagi lingkungan.
“Melalui proses daur ulang ini, perusahaan menegaskan komitmen untuk mendukung praktik industri ramah lingkungan, sekaligus menciptakan nilai ekonomi baru yang dapat mendukung pertumbuhan usaha dan bermanfaat untuk kesejahteraan sosial,” kata Rini Dwiyanti.
Ia menambahkan, langkah ini juga sejalan dengan tujuan perusahaan untuk mendukung tercapainya target net zero emission sekaligus menjaga keberlanjutan sosial masyarakat di sekitar wilayah operasional.
Kinerja Bisnis Tetap Solid
Meski bersiap masuk ke lini usaha baru, SBMA tetap menjaga kinerja positif pada bisnis inti. Produk gas, khususnya Acetylene, masih menjadi penyumbang terbesar pendapatan.
Seluruh produk yang dipasarkan juga telah memenuhi standar Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), yang memperkuat posisi perusahaan di pasar nasional.
Pada semester I/2025, perseroan mencatat pendapatan usaha Rp67,17 miliar, tumbuh 10,56% dibandingkan periode yang sama 2024 senilai Rp60,75 miliar. Laba kotor juga meningkat menjadi Rp33,99 miliar, naik 10,37% dari Rp30,80 miliar pada semester I/2024.
Pendapatan tersebut terdiri dari dua kategori utama, yaitu produk sebesar Rp65,39 miliar dan jasa Rp1,77 miliar. Pertumbuhan ini tak lepas dari peningkatan permintaan, terutama dari sektor tambang.
Basis Pelanggan Besar dan Terpercaya
SBMA melayani berbagai perusahaan besar yang menjadi pelanggan utama, antara lain PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA), PT Elnusa Tbk (ELSA), PT Sanggar Sarana Baja (bagian dari PT ABM Investama Tbk/ABMM), PT Petrosea Tbk (PTRO), PT Pama Persada Nusantara dari Grup Astra, hingga PT Kaltim Prima Coal yang merupakan anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
Daftar pelanggan ini menunjukkan posisi SBMA sebagai pemain penting dalam penyediaan gas industri di sektor-sektor vital. Dengan reputasi yang sudah terbangun, langkah diversifikasi diharapkan dapat semakin memperkuat keberlanjutan usaha.
Perkembangan Saham dan Pemegang Saham
Dari sisi pasar modal, SBMA juga mencatat perkembangan positif. Per Agustus 2025, jumlah pemegang saham mencapai 3.469 orang, meningkat 48 pemegang saham dari bulan sebelumnya. Free float saham tercatat sebesar 27,02%, dengan total saham beredar di Bursa Efek Indonesia mencapai 929.926.282 lembar.
Perkembangan ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan investor terhadap prospek bisnis perseroan. Ke depan, strategi diversifikasi diharapkan mampu menarik lebih banyak minat investor sekaligus meningkatkan nilai perusahaan.
Prospek ke Depan
SBMA menegaskan bahwa langkah menambah lini bisnis daur ulang residu adalah bagian dari strategi jangka panjang. Perusahaan tidak hanya mengejar pertumbuhan finansial, tetapi juga mengintegrasikan aspek lingkungan dan sosial dalam model bisnisnya.
“Pembentukan lini usaha baru diharapkan dapat mendukung kelangsungan usaha perseroan dalam jangka panjang,” ujar Rini Dwiyanti.
Dengan pertumbuhan kinerja yang konsisten, basis pelanggan besar, dan dukungan strategi diversifikasi yang ramah lingkungan, SBMA optimistis dapat terus berkembang.
Inisiatif ini diharapkan memberi kontribusi signifikan terhadap upaya perusahaan menciptakan nilai tambah, baik untuk pemegang saham maupun masyarakat luas.