Bursa

Investasi di Bursa Berjangka, Solusi Terjangkau untuk Pemula

Investasi di Bursa Berjangka, Solusi Terjangkau untuk Pemula
Investasi di Bursa Berjangka, Solusi Terjangkau untuk Pemula

JAKARTA - Minat masyarakat terhadap instrumen perdagangan berjangka komoditi (PBK) terus meningkat sebagai pilihan investasi yang lebih ramah di kantong dibandingkan saham.

Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) Bappebti, Ima Siti Fatimah, menyebutkan bahwa investor pemula dapat memulai transaksi PBK dengan modal relatif kecil. 

Potensi sektor ini, menurut Ima, masih belum dimanfaatkan optimal, khususnya oleh kalangan mahasiswa yang mencari peluang investasi awal.

Melalui mekanisme margin, PBK memungkinkan investor bertransaksi tanpa harus menyiapkan dana penuh untuk harga suatu komoditas. 

“Padahal sebenarnya potensi untuk kita melakukan investasi melalui perdagangan berjangka komoditi [PBK] itu cukup besar,” kata Ima dalam acara Pembukaan Bulan Literasi Perdagangan Berjangka Komoditi 2025 di FEB Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.

Saat ini, transaksi PBK bisa dilakukan di tiga bursa berjangka resmi: Bursa Berjangka Jakarta, Bursa Derivatif Komoditi Indonesia, dan Indonesia Karisma Berjangka.

Meskipun lebih terjangkau, perdagangan PBK tetap high risk-high return. Ima menambahkan, mayoritas pengaduan yang diterima Bappebti terkait iming-iming fixed income. Ia menekankan pentingnya memahami risiko sebelum berinvestasi. “Walaupun adanya margin itu tetap agak berisiko kalau yang memang belum memahami bagaimana mekanismenya karena selama ini yang beredar itu yang masuk pengaduan itu mereka dijanjikan adanya fixed income,” jelasnya.

Selain itu, PBK juga dianggap sebagai gerbang masuk bagi generasi muda dalam berinvestasi. Kepala Direktorat Pengawasan Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Darwin, menyebut modal yang dikeluarkan jauh lebih ringan dibandingkan saham blue chip. “Tetapi dengan PBK ini hanya dengan pecahannya saja itu kita beli jadi sebagai alternatif investasi,” ujarnya. Namun, ia menegaskan literasi investasi sejak dini sangat krusial agar risiko bisa dikelola dengan tepat.

OJK terus mendorong transparansi informasi dari pelaku pasar untuk membantu investor memahami peluang dan risiko PBK. Hal ini sejalan dengan upaya memberikan perlindungan konsumen sekaligus meningkatkan kesadaran mengenai mekanisme pasar berjangka. Dengan edukasi yang memadai, investor diharapkan dapat memanfaatkan PBK secara optimal tanpa terjebak janji keuntungan instan.

Dalam konteks pasar keuangan lebih luas, Direktur Group Pengembangan Product dan Pricing Pasar Uang dan Valuta Asing (PUVA) Bank Indonesia, Arief Rachman, menyoroti profil investor PUVA yang mayoritas bukan profesional. Sekitar 20 persen berasal dari pegawai swasta, 6 persen mahasiswa, dan 3 persen ibu rumah tangga. Profil ini menunjukkan adanya peluang besar untuk literasi dan edukasi investasi yang tepat sasaran.

Pentingnya literasi dan pemahaman risiko juga menjadi kunci agar investor bisa menilai instrumen yang sesuai. Arief menegaskan bahwa perlindungan konsumen tak hanya soal regulasi, tetapi juga pemberian informasi yang transparan. Dengan pengetahuan cukup, investor bisa memanfaatkan margin PBK untuk memulai investasi tanpa harus menanggung risiko berlebihan.

Bappebti juga terus mendorong perluasan akses bagi mahasiswa dan masyarakat umum untuk mengenal PBK. Agenda literasi seperti Bulan Literasi Perdagangan Berjangka Komoditi 2025 diharapkan mampu menumbuhkan minat investasi sejak dini. Program ini menyasar peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari mahasiswa hingga pekerja profesional, agar pemahaman pasar berjangka semakin merata.

PBK dinilai memberikan pengalaman belajar investasi yang efektif karena investor berinteraksi langsung dengan mekanisme margin dan volatilitas harga. Dengan modal terbatas, investor dapat memperoleh pemahaman praktis mengenai perdagangan komoditas tanpa risiko modal besar. Ini menjadi keuntungan bagi generasi muda yang ingin menimba pengalaman investasi sejak awal.

Keuntungan lain PBK adalah fleksibilitasnya sebagai instrumen alternatif. Investor bisa memilih komoditas yang sesuai dengan kapasitas modal dan profil risiko. Sementara saham blue chip membutuhkan dana besar untuk diversifikasi, PBK memberi peluang lebih kecil namun tetap memungkinkan pengalaman profit dan loss yang realistis. Pendekatan ini dinilai lebih cocok bagi investor pemula yang ingin mencoba pasar finansial.

Dengan potensi pertumbuhan PBK dan edukasi yang terus ditingkatkan, para pemula diharapkan dapat mulai membangun portofolio investasi mereka. Kegiatan literasi juga memperkuat budaya investasi yang sehat dan memahami risiko, sekaligus mengurangi peluang terjadinya kerugian akibat informasi yang kurang jelas. Dengan begitu, PBK tidak hanya sebagai alternatif murah, tapi juga sarana edukasi investasi.

Secara keseluruhan, PBK menjadi pilihan menarik bagi investor pemula karena modal kecil, mekanisme margin, dan peluang belajar langsung di pasar komoditas. Dukungan Bappebti, OJK, dan Bank Indonesia melalui literasi dan transparansi semakin memperkuat posisi PBK sebagai alternatif investasi yang layak dipertimbangkan. Dengan edukasi dan pemahaman risiko, PBK bisa menjadi batu loncatan bagi generasi muda untuk masuk ke dunia investasi profesional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index