JAKARTA - Kebiasaan membawa ponsel ke dalam kamar mandi mungkin sudah menjadi rutinitas banyak orang. Namun, penelitian terbaru justru menunjukkan aktivitas ini bisa berdampak serius pada kesehatan. Bermain ponsel sambil buang air besar (BAB) ternyata berhubungan dengan peningkatan risiko terkena ambeien hingga 50 persen.
Temuan ini menambah daftar kebiasaan modern yang perlu diwaspadai. Meski terlihat sepele, penggunaan ponsel di toilet membuat seseorang cenderung duduk lebih lama, sehingga memberi tekanan ekstra pada pembuluh darah di sekitar anus. Dalam jangka panjang, kondisi tersebut bisa memicu timbulnya ambeien.
Ahli gastroenterologi dari Beth Israel Deaconess Medical Center, Trisha Pasricha, MD, MPH, menjelaskan bahwa peringatan untuk tidak berlama-lama di toilet sebenarnya bukan hal baru. “Saran yang kami berikan kepada pasien untuk membatasi waktu yang dihabiskan di kamar mandi, sebagian besar didasarkan pada studi lama dari beberapa dekade yang lalu, ketika membaca koran di kamar mandi merupakan hal yang biasa," kata Pasricha, dikutip dari Everyday Health.
Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan 125 orang dewasa yang dijadwalkan menjalani kolonoskopi skrining. Tim peneliti mengumpulkan informasi mengenai kebiasaan toilet, pola makan, olahraga, hingga penggunaan ponsel pintar. Tujuannya adalah untuk menilai apakah ada kaitan antara durasi penggunaan ponsel saat BAB dengan risiko kesehatan tertentu.
Selain survei kebiasaan, peneliti juga memeriksa hasil kolonoskopi peserta. Fokus utama mereka adalah mendeteksi keberadaan ambeien, yakni kondisi di mana pembuluh darah vena membengkak di rektum atau di bagian luar sekitar anus.
Dengan pendekatan ini, para ahli bisa menganalisis tidak hanya kebiasaan sehari-hari, tetapi juga kondisi medis nyata yang dialami para peserta. Hasilnya, ditemukan adanya hubungan signifikan antara penggunaan ponsel di toilet dan meningkatnya kemungkinan ambeien.
Setelah penyesuaian faktor usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT), aktivitas fisik, kebiasaan mengejan, dan asupan serat, penelitian menemukan bahwa penggunaan ponsel pintar di toilet meningkatkan risiko ambeien sebesar 46 persen.
Dua dari tiga peserta dilaporkan rutin menggunakan ponsel saat di toilet. Menariknya, kelompok pengguna ponsel cenderung lebih muda, dengan rata-rata usia 55 tahun, dibandingkan kelompok non-pengguna yang rata-rata berusia 62 tahun.
Lebih jauh, pengguna ponsel juga menghabiskan waktu lebih lama di toilet. Lebih dari 37 persen mengaku duduk lebih dari lima menit setiap kunjungan, sementara hanya 7 persen dari kelompok non-pengguna yang melakukan hal serupa.
Aktivitas paling populer saat menggulir ponsel di toilet adalah membaca berita dan mengakses media sosial. Kedua kegiatan ini membuat orang betah berlama-lama tanpa disadari, sehingga meningkatkan tekanan pada area panggul.
Pasricha menilai faktor durasi ini jauh lebih berpengaruh ketimbang sekadar mengejan. “Mengejan tidak secara independen memprediksi wasir, dan konstipasi awal tidak berbeda antar kelompok. Namun, waktu yang dihabiskan di toilet mungkin lebih berpengaruh,” jelasnya.
Dengan kata lain, duduk terlalu lama di toilet dengan posisi tertentu justru menjadi kunci munculnya masalah kesehatan. Apalagi, toilet bukan tempat yang memberikan dukungan optimal bagi panggul, sehingga jaringan di sekitar anus lebih rentan melemah.
Meski begitu, Pasricha menegaskan bahwa penelitian ini belum membuktikan hubungan sebab-akibat secara mutlak. “Studi kami tidak membuktikan hubungan sebab akibat, tetapi hipotesis saya adalah duduk dalam waktu lama di toilet terbuka, tanpa penyangga dasar panggul, dapat melemahkan jaringan pendukung wasir, menyebabkannya menggembung,” katanya.
Ia menambahkan, membaca di kamar mandi pada dasarnya tidak meningkatkan risiko ambeien. Aktivitas itu justru bisa membantu orang merasa rileks, sehingga proses BAB lebih lancar. Bedanya, membaca majalah atau koran mengharuskan seseorang berhenti sejenak untuk membalik halaman, sedangkan ponsel menghadirkan alur tanpa henti.
Inilah yang membuat penggunaan ponsel di toilet lebih berbahaya. “Penggunaan ponsel pintar khususnya tampaknya lebih mengalihkan perhatian orang daripada jenis bacaan lainnya. Seperti yang telah kita lihat di bidang lain, banyak aplikasi di ponsel pintar dirancang untuk mengalihkan perhatian kita dan memaksimalkan waktu kita menggunakannya,” jelas Pasricha.
Menurutnya, sifat adiktif ponsel membuat orang sulit berhenti. Aplikasi media sosial, misalnya, menampilkan konten baru secara otomatis, bahkan memutar video berikutnya tanpa henti. Algoritma dirancang agar pengguna betah berlama-lama, termasuk ketika sedang berada di toilet.
Hal ini berbeda dengan membaca artikel cetak, yang memungkinkan seseorang untuk berhenti setelah selesai membaca satu bagian. Dengan ponsel, keputusan untuk berhenti hampir sepenuhnya dikendalikan oleh aplikasi, bukan pengguna.
Kondisi inilah yang membuat banyak orang tidak sadar telah duduk di toilet jauh lebih lama dari yang seharusnya. Pada akhirnya, kebiasaan ini memberi dampak negatif bagi kesehatan, terutama risiko ambeien yang lebih tinggi.
Pasricha kemudian menyarankan agar orang mulai membatasi penggunaan ponsel di kamar mandi. “Sama seperti kita menyarankan untuk menjauhkannya dari tempat tidur atau meja makan kita untuk meningkatkan kesejahteraan kita, kamar mandi juga seharusnya tidak berbeda. Masuklah ke sana dengan rencana untuk fokus pada satu pekerjaan dan hanya satu pekerjaan,” ujarnya.
Dengan kata lain, sebaiknya kamar mandi hanya digunakan untuk tujuan utamanya: buang air. Membawa ponsel ke dalamnya hanya menambah distraksi yang memperpanjang waktu duduk dan memberi risiko tambahan pada tubuh.
Bagi mereka yang terbiasa membawa ponsel, mungkin perlu disiplin membatasi diri. Dengan begitu, risiko terkena ambeien dapat ditekan, dan kesehatan jangka panjang pun lebih terjaga.