Airlangga

Airlangga Bidik Kesepakatan Tarif Dagang RI AS Rampung Awal 2026

Airlangga Bidik Kesepakatan Tarif Dagang RI AS Rampung Awal 2026
Airlangga Bidik Kesepakatan Tarif Dagang RI AS Rampung Awal 2026

JAKARTA - Upaya memperkuat hubungan dagang Indonesia dan Amerika Serikat memasuki fase krusial. 

Pemerintah menilai momentum awal tahun depan menjadi waktu strategis untuk mengamankan kepentingan ekspor nasional, khususnya dari potensi tekanan tarif resiprokal.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa proses negosiasi telah berjalan intensif. Target utama pemerintah adalah memastikan kesepakatan perdagangan dapat ditandatangani langsung oleh para pemimpin kedua negara.

Kesepakatan tersebut diharapkan menjadi payung hukum baru dalam hubungan dagang bilateral. Fokusnya tidak hanya pada kepastian tarif, tetapi juga perlindungan komoditas unggulan Indonesia di pasar Amerika Serikat.

Target Penandatanganan Awal Tahun

Airlangga menargetkan penandatanganan agreement on reciprocal trade antara Indonesia dan Amerika Serikat berlangsung pada Januari 2026. Kesepakatan ini direncanakan ditandatangani langsung oleh Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Ia menyampaikan bahwa waktu kunjungan Presiden Prabowo ke Amerika Serikat telah diatur secara khusus. Penentuan jadwal tersebut mempertimbangkan kesiapan substansi kesepakatan dan momentum politik yang dinilai paling tepat.

“Peluangnya besar dan saya sudah atur, kapan presiden pergi ke sana,” ujar Airlangga kepada Bisnis, Rabu (17/12/2025).

Menurut Airlangga, sebelumnya penandatanganan ART sempat direncanakan dilakukan saat pertemuan ASEAN di Malaysia. Namun, rencana tersebut urung direalisasikan karena momentum dinilai kurang tepat.

Ia menjelaskan bahwa lokasi pertemuan dan konteks acara menjadi pertimbangan penting. Pemerintah ingin penandatanganan dilakukan dalam situasi yang memberikan dampak maksimal bagi hubungan bilateral.

“Jadi kita akan mengambil momentum christmas, jadi kami nanti tanggal 23 Desember pulang lagi ke Indonesia, siap-siap kalau seandainya dipanggil presiden nanti,” katanya.

Proses Negosiasi Intensif di Amerika

Airlangga mengungkapkan bahwa sebagian tim negosiator Indonesia telah berada di Amerika Serikat. Tim tersebut melakukan pertemuan dengan Kamar Dagang Amerika Serikat dan pejabat tinggi pemerintah AS.

Langkah ini dilakukan untuk memfinalisasi kesepakatan yang sebelumnya telah dibahas oleh kedua negara. Pemerintah Indonesia ingin memastikan seluruh poin strategis tercantum jelas dalam perjanjian.

Negosiasi difokuskan pada penyelarasan kepentingan dagang dan pengurangan hambatan tarif. Pemerintah berharap hasil perundingan memberikan kepastian bagi eksportir Indonesia.

Mantan Menteri Perindustrian itu menegaskan bahwa komunikasi dengan pihak AS berjalan konstruktif. Pemerintah menilai terdapat peluang besar untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.

Keberadaan tim negosiator di AS juga menjadi sinyal keseriusan Indonesia. Pemerintah ingin memastikan tidak ada detail teknis yang terlewat sebelum penandatanganan dilakukan.

Dalam waktu dekat, Airlangga juga dijadwalkan bertolak ke Amerika Serikat. Keberangkatan tersebut menjadi bagian dari tahap akhir proses diplomasi ekonomi.

Fokus Pengecualian Minyak Sawit

Salah satu isu utama dalam perundingan adalah pengecualian tarif untuk minyak kelapa sawit. Komoditas ini menjadi perhatian karena memiliki kontribusi besar terhadap ekspor Indonesia.

Airlangga menegaskan bahwa pengecualian minyak sawit dari tarif resiprokal menjadi prioritas. Pemerintah menilai sawit merupakan komoditas asli Indonesia yang layak mendapat perlakuan khusus.

Sejumlah produk pertanian lain dari Indonesia, seperti kakao, sebelumnya telah diputuskan dikecualikan dari tarif resiprokal. Kebijakan tersebut tercantum dalam executive orders pemerintah AS.

Namun, minyak kelapa sawit masih memerlukan upaya tambahan. Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso menjelaskan bahwa sawit masih masuk dalam daftar produk yang belum final dikecualikan.

“Minyak kelapa sawit masih masuk dalam Annex III. Potential Tariff Adjustments for Aligned Partners yang baru akan dikecualikan dari reciprocal tarif ketika negara mitra conclude agreement dengan AS,” terang Susi kepada Bisnis, Rabu (17/12/2025).

Dalam lampiran Executive Orders yang diterbitkan Gedung Putih pada 14 November 2025, produk sawit dengan kode HTSUS tertentu masih berstatus menunggu keputusan akhir. Kondisi inilah yang mendorong Indonesia mempercepat kesepakatan.

Langkah Diplomasi dan Agenda Lanjutan

Susiwijono menyebutkan bahwa Airlangga dijadwalkan berangkat ke Amerika Serikat pada Kamis (18/12/2025) sore. Keberangkatan tersebut dilakukan setelah menyelesaikan agenda di dalam negeri.

Sebelum bertolak, Airlangga masih akan menghadiri sejumlah kegiatan di kantor Kemenko Perekonomian. Salah satunya adalah pembukaan program BINA Great Sale yang berkaitan dengan belanja online.

Pemerintah menilai diplomasi ekonomi harus berjalan seimbang dengan penguatan ekonomi domestik. Oleh karena itu, agenda luar negeri tetap diiringi dengan program penguatan pasar dalam negeri.

Airlangga optimistis bahwa kesepakatan tarif dengan AS dapat dicapai sesuai target. Menurutnya, dukungan politik dari kedua belah pihak menjadi faktor penting dalam mempercepat proses.

Kesepakatan ini diharapkan memberikan kepastian bagi pelaku usaha nasional. Terutama bagi sektor perkebunan dan industri hilir sawit yang selama ini menghadapi tantangan tarif.

Dengan ditargetkannya penandatanganan pada Januari 2026, pemerintah berharap hubungan dagang RI-AS memasuki babak baru. Kesepakatan tersebut diharapkan memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index