JAKARTA - Jakarta belakangan ini kembali dilanda angin kencang yang mengganggu aktivitas warga. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa fenomena ini berkaitan erat dengan puncak musim hujan yang terjadi setiap Desember di wilayah barat Indonesia. Kombinasi hujan lebat, awan konvektif, dan perbedaan tekanan udara menjadi pemicu utama terjadinya angin kencang.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menyampaikan bahwa kondisi atmosfer di Jabodetabek saat ini sangat dinamis. “Puncak musim hujan, Desember adalah periode puncak musim hujan di wilayah barat Indonesia. Kombinasi hujan lebat, awan konvektif, dan perbedaan tekanan udara dapat memicu angin kencang,” ujar Guswanto.
Faktor Atmosferik yang Memperkuat Angin
Menurut Guswanto, dinamika atmosfer menjadi salah satu faktor penting yang memperkuat angin kencang. Saat awan konvektif terbentuk, perbedaan tekanan udara di berbagai titik membuat angin bergerak dengan kecepatan tinggi. Potensi hujan lebat yang disertai petir juga menambah kekuatan angin, terutama di daerah Jabodetabek.
BMKG mencatat bahwa potensi hujan lebat dengan angin kencang diperkirakan terjadi sejak 14 Desember dan berlanjut hingga 16 Desember 2025. Guswanto menegaskan, fenomena ini adalah bagian dari siklus alamiah puncak musim hujan yang rutin terjadi setiap tahun, namun intensitasnya bisa meningkat karena perubahan lokal di atmosfer.
Dampak Angin Kencang Bagi Aktivitas Masyarakat
Angin kencang yang melanda Jakarta telah menimbulkan sejumlah dampak nyata. Beberapa pohon tumbang di titik-titik tertentu, mengganggu lalu lintas dan menimbulkan risiko bagi warga. Nelayan di pesisir Marunda bahkan memilih menunda aktivitas melaut karena gelombang tinggi yang muncul akibat angin kencang.
Fenomena ini menegaskan perlunya kewaspadaan, terutama bagi warga yang tinggal di kawasan rawan pohon tumbang atau banjir genangan. BMKG mengimbau masyarakat untuk memantau perkiraan cuaca secara rutin, agar bisa mengambil langkah pencegahan lebih awal.
Prakiraan Cuaca Ekstrem Hingga Akhir Desember
BMKG memproyeksikan cuaca ekstrem berupa hujan lebat dan angin kencang masih berpotensi terjadi hingga 21 Desember 2025. Menurut Guswanto, meski intensitas angin diprediksi menurun setelah pertengahan Desember, potensi hujan deras dan angin lokal tetap ada hingga akhir bulan.
“Angin kencang di Jakarta saat ini merupakan bagian dari fenomena cuaca ekstrem di puncak musim hujan. Berdasarkan prakiraan BMKG, kondisi ini masih berpotensi berlangsung hingga sekitar 21 Desember 2025 sehingga masyarakat diimbau tetap waspada terhadap dampak seperti pohon tumbang, genangan, dan gangguan aktivitas,” ujar Guswanto.
Warga disarankan untuk selalu memastikan barang-barang yang rentan diterbangkan angin diamankan, serta tidak berada di bawah pohon atau bangunan yang rawan roboh. Selain itu, pengendara dan pengguna jalan harus meningkatkan kewaspadaan, terutama saat hujan deras disertai angin kencang.
Langkah Pencegahan dan Kesiapsiagaan
BMKG menekankan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat menghadapi cuaca ekstrem. Beberapa langkah yang dapat dilakukan meliputi:
Memantau informasi cuaca secara berkala melalui media resmi BMKG.
Menjaga rumah dan lingkungan tetap aman dengan menyingkirkan benda-benda yang mudah terbawa angin.
Menghindari aktivitas di area pesisir atau sungai saat gelombang tinggi.
Mengamankan kendaraan dan peralatan di luar rumah.
Bersiap menghadapi potensi genangan air di kawasan rawan banjir.
Dengan langkah-langkah ini, dampak negatif dari angin kencang dan hujan lebat dapat diminimalkan. Kesiapsiagaan menjadi kunci agar warga tetap aman dan aktivitas sehari-hari tidak terganggu.
Fenomena angin kencang di Jakarta merupakan bagian dari puncak musim hujan, yang dipicu oleh kombinasi hujan lebat, awan konvektif, dan perbedaan tekanan udara. BMKG memperkirakan kondisi ini akan berlangsung hingga 21 Desember 2025, dengan intensitas angin yang menurun secara bertahap setelah pertengahan bulan.
Masyarakat diimbau tetap waspada dan melakukan langkah-langkah pencegahan. Informasi cuaca yang akurat, pengamanan lingkungan, serta kewaspadaan dalam aktivitas luar rumah menjadi hal penting untuk meminimalkan risiko akibat angin kencang dan hujan lebat. Dengan pemahaman ini, warga Jakarta bisa menghadapi puncak musim hujan dengan lebih aman dan terencana.