Minum Ocha

Minum Ocha Setelah Makan, Simak Penjelasan Ahli Gizi Tentang Dampaknya

Minum Ocha Setelah Makan, Simak Penjelasan Ahli Gizi Tentang Dampaknya
Minum Ocha Setelah Makan, Simak Penjelasan Ahli Gizi Tentang Dampaknya

JAKARTA - Ocha, teh khas Jepang, menjadi minuman yang paling sering dipesan saat menikmati hidangan di restoran bergaya Jepang. 

Hampir semua restoran Jepang menyediakan ocha dalam bentuk teh hijau atau teh sejenisnya, bahkan disertai fasilitas bebas isi ulang. Kehadiran ocha di meja makan kerap membuat banyak orang nyaman untuk mengonsumsinya langsung setelah makan. 

Namun, kenyamanan tersebut ternyata tidak selalu sejalan dengan kesehatan, khususnya terkait penyerapan nutrisi penting seperti zat besi.

Minum teh setelah makan telah menjadi kebiasaan populer di masyarakat modern. Banyak orang menganggapnya sebagai cara untuk menenangkan perut setelah santapan berat. Meski demikian, ada penelitian yang menyoroti dampak konsumsi ocha tepat setelah makan terhadap tubuh, terutama pada penyerapan mineral esensial.

Kandungan Tanin dalam Ocha

Menurut penelitian yang dipublikasikan di PubMed, efek samping minum ocha disebabkan oleh tanin. Tanin adalah senyawa polifenol yang dapat berikatan dengan zat besi non-heme, yakni zat besi yang berasal dari sumber nabati. 

Efek penghambatan ini paling terlihat saat satu kali konsumsi makan, meski dampak jangka panjangnya terhadap status zat besi masih belum konsisten.

Dalam penelitian laboratorium pada tikus, tanin dalam teh membentuk kompleks dengan ion besi di lumen usus, sehingga besi tidak bisa diserap secara optimal oleh tubuh. 

Penelitian in vitro juga mendukung hal ini. Studi di Universitas Andalas yang diterbitkan dalam Jurnal FK Unand menemukan bahwa polifenol, termasuk tanin dalam teh hijau dan teh hitam, dapat menghambat reaksi besi dalam larutan, menandakan potensi pengikatan yang relevan di saluran pencernaan manusia.

Dampak Minum Ocha pada Penyerapan Zat Besi

Studi dari Universiti Teknologi MARA menunjukkan bahwa kantong teh hijau komersial memiliki kadar tanin yang signifikan. Akibatnya, jika teh dikonsumsi bersamaan atau segera setelah makanan kaya zat besi, terutama dari sumber nabati, potensi penurunan penyerapan besi cukup tinggi.

Penelitian lain pada remaja, yang dipublikasikan di jurnal Public Health Science, menemukan bahwa kebiasaan minum teh setelah makan berkaitan dengan risiko lebih besar anemia karena efek tanin pada penyerapan zat besi. 

Hal ini menjadi perhatian penting terutama bagi wanita usia subur, yang membutuhkan asupan zat besi optimal setiap hari.

Peran Kafein dalam Pencernaan

Selain tanin, kafein dalam ocha juga bisa memengaruhi sistem pencernaan. Walaupun kandungan kafein dalam teh lebih rendah dibanding kopi, kafein dapat merangsang lambung dan mempercepat sekresi asam lambung. Efek ini bagi sebagian orang berisiko menimbulkan perut kembung atau refluks.

Selain itu, ketika cairan pencernaan bercampur dengan minuman seperti teh, efisiensi kerja enzim pencernaan sedikit menurun. Hal ini bisa membuat proses pemecahan makanan menjadi kurang optimal, meskipun tidak menimbulkan dampak serius pada orang sehat.

Pandangan Ahli Kesehatan

Dr. Dion Haryadi melalui akun Instagram @dionharyadi menekankan bahwa meski sesekali minum teh setelah makan tidak berbahaya bagi orang sehat, risiko lebih tinggi terjadi pada individu dengan kondisi khusus, seperti penderita anemia atau mereka dengan gangguan lambung. 

Ia menekankan pentingnya jeda waktu antara makan dan minum teh untuk menjaga penyerapan nutrisi tetap optimal.

Banyak ahli gizi menyarankan menunggu 1–2 jam setelah makan sebelum minum teh, agar zat besi dan nutrisi lain tetap terserap maksimal. Alternatif lainnya adalah minum teh 30–60 menit sebelum makan. 

Dengan cara ini, tubuh tetap bisa menikmati manfaat antioksidan dari teh hijau tanpa mengganggu penyerapan nutrisi dari makanan.

Minum Ocha Setelah Makan Tidak Selalu Berbahaya

Meskipun ada potensi gangguan penyerapan zat besi, minum ocha setelah makan tidak dilarang sepenuhnya. Bagi orang sehat, konsumsi teh sesekali setelah makan tidak menimbulkan masalah besar. 

Risiko lebih serius terjadi pada kelompok tertentu, terutama penderita anemia atau wanita usia subur yang membutuhkan zat besi tinggi.

Jika ingin tetap menikmati ocha setelah makan, disarankan mengonsumsi makanan yang kaya zat besi heme (dari daging, ikan, atau ayam) agar penyerapan zat besi tidak terlalu terganggu. Selain itu, menambahkan sayuran dan sumber vitamin C dapat membantu tubuh menyerap zat besi lebih baik, bahkan saat minum teh.

Tips Sehat Mengonsumsi Ocha

Jeda Waktu Minum: Tunggu 1–2 jam setelah makan sebelum minum teh untuk penyerapan nutrisi optimal.

Konsumsi Sebelum Makan: Minum teh 30–60 menit sebelum makan dapat memberikan manfaat antioksidan tanpa mengganggu penyerapan zat besi.

Kombinasi Makanan: Sertakan sumber vitamin C saat makan, karena dapat meningkatkan penyerapan zat besi dari makanan nabati.

Pilih Ocha Berkualitas: Gunakan teh hijau atau teh Jepang berkualitas untuk memastikan kandungan antioksidan tetap tinggi.

Pantau Kesehatan: Bagi penderita anemia atau gangguan lambung, konsultasikan dengan ahli gizi mengenai waktu konsumsi teh terbaik.

Kesimpulannya, minum ocha tepat setelah makan bukanlah praktik yang ideal untuk penyerapan nutrisi, terutama zat besi. Namun, bagi orang sehat, konsumsi sesekali tidak menimbulkan masalah serius. 

Yang lebih penting adalah memperhatikan waktu minum teh dan kombinasi makanan, sehingga manfaat teh tetap diperoleh tanpa mengorbankan kesehatan.

Dengan memahami kandungan tanin dan kafein dalam ocha, serta efeknya pada tubuh, kita bisa menyesuaikan kebiasaan minum teh agar tetap menyenangkan, praktis, dan sehat. 

Intinya, ocha tetap bisa dinikmati, baik sebelum makan maupun dengan jeda waktu setelah makan, tanpa harus menghilangkan kenikmatan teh hijau favorit.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index