JAKARTA - Selama ini, makanan kukusan dan rebusan sering dianggap sebagai pilihan yang paling aman dan menyehatkan.
Banyak orang memilih metode masak ini agar lebih hemat minyak, lebih lembut bagi pencernaan, serta cocok dikonsumsi kapan saja.
Namun, ada satu kebiasaan yang kerap dilakukan banyak orang tanpa disadari membiarkan makanan kukusan berada di suhu ruang selama berjam-jam hingga dingin, lalu memakannya kembali tanpa memikirkan risiko yang mengikuti.
Kukusan seperti singkong, jagung, ubi, kentang, atau makanan rebus lain memang terlihat tidak berbahaya. Meski dibiarkan hingga dingin, bentuknya tetap sama, tidak cepat basi, dan sering dianggap aman.
Padahal, secara mikrobiologis, makanan-makanan ini bisa berubah menjadi media berkembang biaknya bakteri yang dapat memicu keracunan. Dengan kata lain, makanan sehat pun bisa menjadi sumber ancaman kesehatan apabila tidak ditangani dengan benar.
Fenomena ini semakin umum terjadi karena gaya hidup serba cepat membuat banyak orang memilih menyimpan makanan matang untuk dimakan nanti.
Ada yang sengaja mempersiapkannya sebagai stok harian, ada pula yang menganggap kukusan lebih tahan lama sehingga boleh disimpan sembarangan.
Sayangnya, pemahaman seperti ini tidak sepenuhnya benar. Proses pendinginan makanan adalah salah satu titik paling kritis dalam keamanan pangan.
Untuk memahami lebih jauh, simak penjelasan ahli berikut yang mampu membuka wawasan tentang bahaya nyata dari makanan kukusan yang dibiarkan dingin.
Penjelasan Ahli: Bahaya Makanan Kukusan Jika Didiamkan di Suhu Ruang
Makanan kukusan atau rebusan memang paling nikmat disantap saat masih hangat. Tapi banyak juga yang menyimpannya seharian, di suhu ruang hingga kukusan jadi dingin dan langsung dikonsumsi.
Namun, banyak orang tak sadar bahwa membiarkannya terlalu lama di suhu ruang justru bisa memicu masalah kesehatan.
Spesialis gizi klinis, Ardian Sandhi Pramesti, menjelaskan bahwa makanan rebusan-kukusan sangat rentan terkontaminasi bakteri jika dibiarkan dingin begitu saja.
"Makanan rebus atau kukus punya kadar air tinggi, yang membuatnya rentan terhadap bakteri jika dibiarkan di danger zone suhu, yaitu 4°C hingga 60°C. Di rentang ini, bakteri seperti Salmonella, E. coli, atau Bacillus cereus bisa berkembang biak dua kali lipat setiap 20 menit," ujar Ardian, mengutip Detik.
Ia menambahkan bahwa salah satu penyebab penyakit akibat makanan adalah proses pendinginan yang tidak tepat setelah masakan selesai dibuat.
"Kalau makanan panas dibiarkan dingin perlahan di suhu ruang, bakteri bisa menghasilkan toksin yang tahan panas. Meski dipanaskan ulang, toksinnya tetap ada dan bisa menyebabkan infeksi," jelasnya.
Menurut Ardian, makanan tinggi karbohidrat seperti singkong, kentang, dan jagung lebih rentan karena Bacillus cereus sangat mudah berkembang pada bahan bertepung apabila proses pendinginannya lambat atau tidak tepat.
Meski demikian, bukan berarti makanan kukusan yang dingin selalu berbahaya. Risikonya muncul apabila makanan tersebut dibiarkan terlalu lama berada di suhu ruang tanpa penanganan atau penyimpanan yang aman.
"Risiko muncul kalau dibiarkan dingin di meja atau suhu ruang terlalu lama," kata Ardian.
Mengapa Makanan Kukusan Lebih Berisiko Terhadap Bakteri?
Makanan kukusan dan rebusan memiliki kelembapan yang tinggi. Air menjadi media yang sangat ideal bagi pertumbuhan mikroorganisme. Ketika makanan masih hangat, bakteri relatif lebih sedikit.
Tetapi begitu makanan mulai turun ke suhu ruang, terutama di rentang antara 4°C hingga 60°C, jumlah bakteri dapat meningkat drastis.
Faktor lain yang membuat kukusan rentan adalah:
1. Proses pendinginan yang lambat
Makanan yang berukuran besar atau padat, seperti jagung atau kentang rebus, biasanya mendingin sangat perlahan. Bagian dalam makanan dapat tetap hangat selama lebih dari satu jam, menciptakan kondisi lembap dan hangat yang disukai bakteri.
2. Tidak terlihat basi
Berbeda dengan lauk lain yang mudah berbau jika rusak, makanan rebusan sering kali tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan meskipun jumlah bakterinya telah meningkat.
3. Racun bakteri bisa bertahan meski sudah dipanaskan ulang
Ini yang paling berbahaya. Toksin yang dihasilkan bakteri seperti Bacillus cereus tidak mudah hancur hanya dengan pemanasan biasa.
Jadi, makanan yang terlihat baik tetapi sebelumnya telah disimpan tidak benar tetap bisa menimbulkan keracunan meski sudah dipanaskan ulang.
Kapan Makanan Kukusan Tidak Lagi Aman?
Makanan kukusan perlu dihindari jika:
Dibiarkan di suhu ruang lebih dari dua jam
Mengalami perubahan tekstur, menjadi lembek tidak wajar atau terlalu basah
Pernah melewati proses pemanasan dan pendinginan berulang
Tidak ditutup atau terpapar udara terus-menerus
Kebiasaan memakan kukusan yang “kelihatannya masih aman” perlu diwaspadai. Keracunan makanan tidak selalu ditandai aroma tengik atau perubahan warna. Dalam banyak kasus, makanan yang tampak normal pun dapat menyimpan racun bakteri.
Cara Aman Menyimpan Makanan Kukusan
Agar makanan kukusan tetap aman, Ardian menyarankan langkah berikut:
Konsumsi segera setelah matang.
Makanan seperti ubi, singkong, kentang, atau jagung sebaiknya disantap langsung untuk menjaga rasa dan nutrisinya.
Dinginkan cepat dan simpan di kulkas.
Durasi maksimal di suhu ruang adalah dua jam. Setelah itu harus segera dimasukkan ke kulkas, dan bisa dimakan dalam keadaan dingin atau dipanaskan kembali.
Hindari pemanasan berulang.
Pemanasan dan pendinginan berkali-kali dapat menurunkan kualitas nutrisi dan meningkatkan risiko kontaminasi.
Makanan Kukusan Aman Jika Disimpan dengan Benar
Pada dasarnya, makanan kukusan tetap merupakan pilihan makanan yang sehat, ringan, dan bergizi. Namun, cara penyimpanan yang kurang tepat dapat membuat makanan ini berubah menjadi sumber penyakit.
Proses pendinginan yang lambat, dibiarkan di suhu ruang terlalu lama, dan pemanasan berulang adalah faktor yang paling sering menyebabkan pertumbuhan bakteri berbahaya.
Dengan penyimpanan yang tepat, makanan kukusan tetap dapat menjadi pilihan sehat tanpa mengorbankan keamanan pangan. Tetap perhatikan cara olah dan simpan agar manfaatnya optimal.