JAKARTA - DHA atau asam dokosaheksaenoat adalah asam lemak omega-3 yang menjadi komponen utama sel otak.
Nutrien ini berperan sangat penting dalam perkembangan otak anak, terutama pada dua tahun pertama hingga lima tahun pertama. Jika kadar DHA cukup, sel-sel otak anak dapat berkembang dengan optimal.
“Padahal, otak berkembang sangat pesat di dua tahun pertama sampai lima tahun pertama,” kata dr. Melia Yunita Msc, SpA.
Perkembangan otak anak selama dua tahun pertama mencapai 80 persen, dan bertambah menjadi 95 persen ketika anak berusia lima tahun.
Setelah usia lima tahun, potensi perkembangan otak hanya tersisa lima persen. Oleh karena itu, pemberian DHA sejak dini menjadi hal yang sangat penting.
“Di atas lima tahun, kita cuma bisa (kembangkan) otak anak lima persen. Jadi, karena DHA sangat dibutuhkan, otomatis harus dikasih,” jelas dr. Lia.
Mengapa DHA Penting
DHA mendukung pembentukan sel saraf, meningkatkan konektivitas antar neuron, serta berperan dalam fungsi kognitif, memori, dan kemampuan belajar anak.
Kekurangan DHA dapat berdampak pada kemampuan berpikir, fokus, dan penyelesaian masalah. Karena itu, pemantauan asupan DHA merupakan hal yang krusial sejak bayi hingga anak usia dini.
“Karena DHA sangat dibutuhkan, otomatis harus dikasih,” tambah dr. Lia.
Cara Mengetahui Anak Kekurangan DHA
Sampai saat ini, Indonesia belum memiliki metode untuk mengukur kadar DHA secara spesifik dalam tubuh manusia. Berbeda dengan zat besi atau vitamin D yang bisa diperiksa melalui darah, DHA belum bisa dihitung kuantitasnya.
Meski demikian, orang tua tetap bisa memantau tanda-tanda kekurangan DHA melalui beberapa indikator perkembangan anak.
“Tapi, untuk DHA kuantitas tepatnya berapa, belum bisa diukur. Tapi, tentu saja karena kita tahu DHA adalah komponen otak, kita harus pantau,” tutur dr. Lia.
1. Memperhatikan Fungsi Kognitif Anak
Salah satu cara paling sederhana adalah mengamati fungsi kognitif anak. Misalnya kemampuan membedakan dan menyamakan benda, menyelesaikan puzzle sederhana, mengenal bentuk dan warna, serta kemampuan mengikuti instruksi sederhana. Aktivitas ini membantu menilai sejauh mana otak anak berkembang secara optimal.
Dokter spesialis anak yang berpraktik di Eka Hospital Cibubur, dr. Melia Yunita, MSc, Sp.A, menekankan pentingnya memantau kemampuan anak sejak dini.
2. Rutin Mengukur Lingkar Kepala
Langkah kedua adalah rutin mengukur lingkar kepala anak setiap bulan, terutama saat kunjungan ke posyandu, puskesmas, atau dokter spesialis anak. Lingkar kepala merupakan indikator sederhana untuk menggambarkan volume otak.
Jika lingkar kepala anak berada di bawah angka normal, bisa menjadi tanda bahwa otak tidak berkembang secara optimal.
“Kenapa perlu diukur? Karena itu salah satu alat untuk menggambarkan bagaimana dan seberapa besar volume otak,” jelas dr. Lia.
3. Tes IQ untuk Anak Usia Sekolah
Untuk anak yang telah memasuki usia sekolah, tes IQ dapat membantu memantau fungsi kognitif. Tes ini dilakukan oleh psikolog dan bisa memberikan gambaran apakah anak memiliki kemampuan berpikir sesuai dengan usianya.
Hasil tes IQ tidak bisa secara langsung menunjukkan kadar DHA, namun bisa menjadi indikator tambahan untuk menilai perkembangan otak anak.
Sumber DHA Alami
DHA dapat diperoleh dari berbagai sumber makanan, tidak hanya suplemen. Beberapa makanan kaya DHA antara lain:
Ikan sarden, makarel, dan salmon
Kerang dan hasil laut lainnya
Daging sapi dan telur ayam
Susu sapi dan produk olahannya
Selain itu, ASI tetap menjadi sumber DHA utama bagi bayi. Pada masa MPASI, orang tua dianjurkan menambahkan sumber DHA, seperti ikan dan produk hewani lainnya, untuk mendukung pertumbuhan otak.
“Sumber DHA banyak di ASI. Makanan saat MPASI juga bisa kita tambahkan sumber DHA, seperti ikan dan segala macam,” ujar dr. Lia.
Dampak Konsumsi DHA Berlebihan
Berbeda dengan beberapa nutrien lain, DHA tidak memiliki efek negatif jika dikonsumsi berlebihan. Dokter Lia menjelaskan bahwa peningkatan asupan DHA justru mendukung perkembangan sel otak. Berbeda dengan protein yang berlebihan dapat menyebabkan risiko obesitas, DHA relatif aman dikonsumsi.
“Kalau kelebihan DHA, saya belum pernah baca bahwa kelebihan DHA timbulkan efek negatif. Harusnya sih tidak ada karena semakin banyak DHA, sel otak semakin bagus,” tutup dr. Lia.
Tips Memberikan DHA yang Tepat
ASI dan MPASI: Pastikan bayi mendapatkan ASI eksklusif hingga 6 bulan, kemudian tambahkan makanan kaya DHA saat MPASI.
Variasi makanan: Kombinasikan ikan, telur, daging, dan produk susu agar anak mendapatkan asupan DHA yang optimal.
Hindari suplemen berlebihan: Konsultasikan dengan dokter sebelum memberikan suplemen DHA, terutama untuk anak di bawah usia 1 tahun.
Pantau perkembangan: Perhatikan fungsi kognitif, lingkar kepala, dan kemampuan anak menyelesaikan tugas sederhana sebagai indikator perkembangan otak.
DHA adalah nutrien penting bagi perkembangan otak anak, terutama pada lima tahun pertama kehidupan. Orang tua dapat memantau asupan DHA melalui pengamatan fungsi kognitif, lingkar kepala, dan tes IQ untuk anak usia sekolah.
Sumber DHA alami seperti ASI, ikan, telur, dan produk susu sebaiknya menjadi bagian dari menu harian anak. Meskipun kadar DHA belum bisa diukur secara langsung, langkah-langkah sederhana ini membantu memastikan anak mendapatkan nutrien penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal.