Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Berpotensi Menguat di Pasar

Kamis, 02 Oktober 2025 | 08:38:23 WIB
Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Berpotensi Menguat di Pasar

JAKARTA - Pergerakan rupiah kembali menjadi sorotan pasar pada Kamis, 2 Oktober 2025.

Setelah sempat melemah dalam beberapa hari terakhir, mata uang Garuda diperkirakan berpotensi menguat, meski masih akan bergerak fluktuatif. Sejumlah faktor eksternal maupun domestik diyakini menjadi penentu arah rupiah pada perdagangan hari ini, terutama kondisi ekonomi Amerika Serikat yang tengah dilanda shutdown pemerintahan serta data surplus neraca perdagangan Indonesia yang masih solid.

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Rabu, 1 Oktober 2025, rupiah tercatat menguat 0,18% atau setara 30 poin sehingga berada di level Rp16.634,50 per dolar AS. Kinerja positif ini terjadi seiring dengan pelemahan indeks dolar AS sebesar 0,21% ke posisi 97,57. 

Tidak hanya rupiah, beberapa mata uang Asia lainnya juga mencatat penguatan, seperti yen Jepang 0,56%, dolar Singapura 0,16%, dan baht Thailand 0,37%. Selain itu, mata uang regional lain seperti dolar Hong Kong, dolar Taiwan, won Korea Selatan, peso Filipina, rupee India, hingga yuan China juga menunjukkan apresiasi walaupun tipis.

Sentimen Global Membayangi Pergerakan Rupiah

Menurut pengamat forex Ibrahim Assuaibi, salah satu faktor utama yang memengaruhi arah rupiah berasal dari perkembangan global, khususnya kondisi politik dan ekonomi Amerika Serikat. 

Pemerintah AS yang dipimpin Presiden Donald Trump telah resmi melakukan shutdown. Kondisi ini bukan hanya berdampak pada aktivitas pemerintahan, tetapi juga menunda rilis sejumlah data penting, terutama pasar tenaga kerja.

Data ketenagakerjaan non-pertanian (non-farm payroll/NFP) untuk periode September sejatinya dijadwalkan keluar pada Jumat pekan ini. Namun, akibat shutdown, rilis data tersebut harus tertunda karena lembaga-lembaga federal tidak beroperasi normal. Padahal, data NFP kerap menjadi indikator penting yang memengaruhi kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed).

“Shutdown pemerintah yang berkepanjangan juga diperkirakan akan mengganggu rilis data AS mendatang,” ujar Ibrahim. Ia menambahkan, ketidakpastian mengenai jadwal rilis data tersebut membuat pelaku pasar menahan diri, sekaligus menimbulkan spekulasi mengenai arah kebijakan suku bunga bank sentral AS.

Sikap The Fed Masih Hawkish

Keraguan atas kemungkinan penurunan suku bunga lebih lanjut juga merayap ke pasar. Hal ini dipicu oleh sejumlah komentar hawkish dari pejabat The Fed dalam beberapa waktu terakhir. Nada hawkish tersebut menandakan bank sentral masih berhati-hati dalam menurunkan suku bunga, meski inflasi AS telah menunjukkan tanda-tanda moderasi.

Kondisi ini membuat dolar AS cenderung tidak stabil, sehingga memberi ruang bagi rupiah untuk menunjukkan penguatan. Namun, fluktuasi tetap mungkin terjadi sepanjang perdagangan, mengingat pasar masih menunggu kepastian arah kebijakan moneter AS.

Dukungan dari Faktor Domestik

Selain dipengaruhi faktor global, rupiah juga mendapat sokongan dari dalam negeri. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2025 mencapai US$5,49 miliar. Surplus ini diperoleh dari ekspor sebesar US$24,96 miliar, sementara impor tercatat US$19,43 miliar.

Dengan posisi ekspor yang lebih tinggi dibandingkan impor, surplus ini menandai keberlanjutan tren positif Indonesia selama 64 bulan berturut-turut sejak tahun 2020. Data ini memberi kepercayaan pasar bahwa kondisi fundamental ekonomi Indonesia masih cukup kuat di tengah ketidakpastian global.

“Surplus perdagangan yang terus berlanjut tentu menjadi faktor positif yang menahan rupiah dari pelemahan lebih dalam. Dengan cadangan devisa yang terjaga, rupiah memiliki fondasi yang cukup untuk stabil,” tambah Ibrahim.

Proyeksi Pergerakan Rupiah

Menggabungkan faktor eksternal dan internal, Ibrahim memproyeksikan bahwa rupiah pada perdagangan Kamis (2/10/2025) akan bergerak fluktuatif. Meski demikian, ia optimistis penutupan rupiah tetap akan menguat.

“Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.580 – Rp16.640 per dolar AS dan berpotensi ditutup menguat,” ujarnya.

Prediksi ini sejalan dengan ekspektasi pelaku pasar yang berharap tekanan global dapat diimbangi oleh fundamental domestik. Jika dolar AS melemah lebih jauh akibat ketidakpastian kebijakan The Fed, maka peluang penguatan rupiah semakin besar.

Implikasi Bagi Pasar dan Investor

Bagi investor, kondisi ini memberikan sinyal bahwa volatilitas masih akan menjadi tema utama dalam jangka pendek. Shutdown pemerintah AS serta ketidakjelasan arah suku bunga The Fed diperkirakan menjadi dua isu utama yang memengaruhi pasar keuangan global.

Di sisi lain, keberlanjutan surplus perdagangan Indonesia dapat menjadi daya tarik bagi aliran modal asing untuk tetap masuk ke pasar domestik. Hal ini penting dalam menjaga stabilitas rupiah sekaligus mendukung kinerja pasar saham dan obligasi.

Ke depan, pelaku pasar diharapkan lebih mencermati perkembangan global, khususnya kebijakan moneter AS, sambil tetap memperhitungkan kekuatan fundamental dalam negeri. Rupiah memang berpotensi menguat, namun tetap rawan gejolak jika ketidakpastian global berkepanjangan.

Terkini

Bahaya Kelebihan Lemak di Hati yang Harus Diwaspadai

Kamis, 02 Oktober 2025 | 12:50:17 WIB

Susu Full Cream vs Low Fat: Mana Lebih Sehat?

Kamis, 02 Oktober 2025 | 12:50:11 WIB

Cesium-137 di Cikande: Apa Itu dan Dampaknya pada Manusia

Kamis, 02 Oktober 2025 | 12:50:07 WIB