PLTS Terapung Cirata: Energi Bersih dan Pemberdayaan Masyarakat

Senin, 22 September 2025 | 14:24:20 WIB
PLTS Terapung Cirata: Energi Bersih dan Pemberdayaan Masyarakat

JAKARTA - PLTS terapung di Waduk Cirata, Jawa Barat, menjadi sorotan dunia energi. Panel surya yang membentang seluas 250 hektar atau sekitar 5 persen luas waduk ini menghasilkan kapasitas terpasang 192 MWp, setara dengan 145 MWac. PLTS terapung ini menegaskan posisi Indonesia sebagai pelopor transisi energi di Asia Tenggara.

Kunjungan perdana ke fasilitas ini pada Jumat, 19 September 2025, menghadirkan pengalaman menakjubkan bagi peserta, terutama mereka yang berkecimpung di sektor energi. 

Perjalanan sekitar 2,5 jam dari Jakarta berakhir dengan panorama jalinan panel surya yang membentang di permukaan air, simbol keseriusan Indonesia dalam mengembangkan energi bersih.

Rencana Ekspansi dan Dukungan Pemerintah

Pemerintah Indonesia mendukung rencana ekspansi PLTS Terapung Cirata. Pada Februari 2025, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, bertemu CEO Masdar dari Uni Emirat Arab, Mohamed Jameel Al Ramahi, untuk membahas penguatan investasi energi terbarukan.

Rencana ekspansi bertujuan meningkatkan kapasitas proyek PLTS terapung di Cirata, yang potensinya bisa mencapai lebih dari 1.000 MWp dari luas waduk 6.200 hektar. Pada April, PT PLN (Persero) dan Masdar menandatangani Principles of Agreement untuk menindaklanjuti pengembangan kapasitas tambahan.

Kompleksitas Sosial yang Harus Diperhatikan

Meski potensi energi besar, ekspansi PLTS terapung di Cirata menghadapi tantangan sosial signifikan. Nelayan dan pembudidaya ikan yang mengandalkan keramba jaring apung (KJA) menjadi kelompok yang terdampak. 

Penertiban KJA dapat mengganggu mata pencaharian mereka dan memunculkan risiko sosial seperti meningkatnya pengangguran, putus sekolah, dan konflik horizontal.

Air Waduk Cirata yang berwarna hijau gelap akibat pencemaran fosfat, amoniak, dan nitrit menambah kompleksitas. Limbah pakan ikan dari ribuan KJA menumpuk, menyebabkan sedimentasi dan menurunkan kualitas air. 

Jumlah KJA hingga akhir 2024 tercatat sekitar 120 ribu petak, jauh melebihi kapasitas ideal 7–12 ribu petak, sehingga penertiban menjadi isu sosial yang sensitif.

Alternatif Profesi bagi Nelayan

Untuk mengatasi dampak sosial, Presiden Direktur PT Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energy (PMSE), Dimas Kaharudin, menawarkan alih profesi bagi nelayan menjadi teknisi PLTS terapung. Sejak pembangunan proyek dimulai pada 2021, sekitar 60 nelayan telah diberdayakan melalui pelatihan dan sertifikasi kompetensi.

“Para nelayan ikut terlibat di proyek, menjadi tenaga terampil sehingga memiliki kompetensi baru,” ujar Dimas. Pekerjaan ini tetap tersedia meski proyek ekspansi rampung, mengingat permintaan teknisi PLTS terapung meningkat karena keberhasilan Cirata menjadi model bagi negara lain, termasuk Malaysia dan Thailand.

Dampak Ekologis dan Peluang Pemulihan Air

Selain aspek sosial, PLTS terapung memberikan manfaat ekologis potensial. Modul panel surya yang dipasang di permukaan waduk menjadi tempat berlindung bagi ikan dari sinar matahari, menggunakan pelampung HDPE yang aman untuk lingkungan air.

Fenomena ini memberi harapan bahwa kualitas air dapat pulih seiring berkurangnya sedimentasi akibat pakan ikan yang mengendap di dasar waduk. Untuk memastikan hal ini, Dimas menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) guna meneliti dampak PLTS terapung terhadap kualitas air Cirata secara ilmiah.

Tantangan dan Dilema Waduk Cirata

Waduk Cirata merupakan waduk buatan manusia yang tidak memiliki tempat alami bagi ikan untuk berlindung. Kehadiran PLTS terapung memberikan ruang bagi ikan untuk bertelur dan berlindung, namun ekspansi lebih lanjut menimbulkan dilema antara target energi bersih dan keberlangsungan mata pencaharian masyarakat lokal.

Penertiban KJA, meski diperlukan untuk efisiensi proyek, tetap menimbulkan risiko sosial dan ekonomi. Studi di Waduk Jatiluhur menunjukkan bahwa penertiban KJA dapat memengaruhi pola kehidupan masyarakat, menimbulkan kerentanan sosial, dan bahkan berdampak pada kriminalitas. Kondisi serupa menjadi perhatian serius di Cirata.

Strategi Ekspansi yang Berkelanjutan

Dalam menyiapkan ekspansi, PT PLN dan Masdar menekankan pendekatan sosial-ekologis. Alternatif pekerjaan, pelatihan teknisi, dan penelitian kualitas air menjadi bagian dari strategi untuk meminimalkan dampak negatif.

Dimas menargetkan ekspansi PLTS terapung Cirata selesai sebelum 2031, sembari menekan dampak sosial seminimal mungkin. Strategi ini memastikan pembangunan energi terbarukan tetap inklusif, melindungi masyarakat lokal, dan menjaga ekosistem waduk.

Optimisme untuk Masa Depan Energi Terbarukan

PLTS terapung Cirata bukan hanya simbol kemajuan teknologi energi surya di Indonesia, tetapi juga laboratorium sosial-ekologis yang menantang. Integrasi energi bersih dan pemberdayaan masyarakat menjadi kunci keberhasilan proyek.

Dengan pendekatan holistik, ekspansi PLTS terapung di Cirata diharapkan mampu:

Menambah kapasitas energi terbarukan yang signifikan.

Memberikan peluang kerja baru bagi nelayan dan masyarakat lokal.

Memulihkan kualitas air dan mendukung ekosistem waduk.

Menjadi model proyek PLTS terapung yang bisa direplikasi negara lain.

Rencana ekspansi PLTS Terapung Cirata menunjukkan bahwa transisi energi bukan hanya soal teknologi, tetapi juga menyentuh dimensi sosial dan ekologis.

Pendekatan inklusif melalui alih profesi, pelatihan teknisi, dan penelitian dampak lingkungan menjadi strategi utama agar mimpi energi hijau tidak mengorbankan masyarakat setempat.

Proyek ini menegaskan tekad Indonesia menjadi pionir energi bersih di Asia Tenggara, sambil tetap memelihara keseimbangan sosial dan ekologi Waduk Cirata.

Terkini

12 Rekomendasi Tempat Kuliner Terbaik di Labuan Bajo

Senin, 22 September 2025 | 16:37:40 WIB

Panduan Lengkap Kuliner Badung Bali: 7 Tempat Makan Terbaik

Senin, 22 September 2025 | 16:37:39 WIB

6 Resep Pie Susu Berbagai Rasa, Camilan Manis Mudah Dibuat

Senin, 22 September 2025 | 16:37:38 WIB

Hasil Drawing Korea Open 2025 dan Daftar Atlet Indonesia

Senin, 22 September 2025 | 16:37:36 WIB