JAKARTA - Bank Indonesia (BI) tengah menyiapkan dua produk derivatif keuangan berjangka untuk memperkuat kedalaman pasar uang domestik, menyesuaikan standar yang diterapkan di negara-negara maju.
Upaya ini sejalan dengan misi BI untuk mengembangkan pasar derivatif Puva (pasar uang dan valuta asing) agar menjadi komponen utama transaksi keuangan di Indonesia.
Direktur Grup Pengembangan Produk dan Pricing Puva BI, Arief Rachman, menjelaskan bahwa sejak pengawasan pasar derivatif Puva dialihkan dari Bappebti ke BI tahun ini, fokus dua tahun ke depan adalah menyempurnakan pengaturan produk derivatif.
“Nanti BI akan tambah kotak [produk] baru, kita akan tambah yaitu interest rate futures, dan effects futures. Ini yang nanti akan dikembangkan BI,” ujarnya pada Talk Show Bulan Literasi Perdagangan Berjangka Komoditi 2025 di Universitas Indonesia.
Dua produk ini ditargetkan untuk investor institusional seperti bank, lembaga keuangan, dan korporasi besar. Tujuannya adalah memperluas instrumen lindung nilai (hedging) dan meningkatkan likuiditas di pasar Puva, sehingga transaksi derivatif dapat menjadi pendorong pertumbuhan pasar keuangan nasional.
Arief menambahkan, misi jangka panjang BI sesuai Blueprint Pendalaman Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing (BPPU) 2030 adalah menjadikan pasar derivatif lebih dari 70 persen dibanding transaksi tunai (spot), sebagaimana terjadi di negara maju. “Kita ingin Puva kita, khususnya pasar derivatif sebagaimana yang ada di negara maju menjadi komponen terbesar dari pasar uang. Umumnya di negara maju, pasar derivatif itu lebih dari 70% [dibanding] dari transaksi yang sifatnya tunai [spot], kita ingin mengarah ke sana,” ungkapnya.
Dalam implementasinya, dua tahun pertama fokus BI adalah standarisasi produk, penguatan kompetensi pelaku pasar, dan integrasi seluruh institusi keuangan yang terlibat. Standarisasi ini juga mencakup penyederhanaan produk-produk mata uang yang saat ini jumlahnya masih banyak, sehingga konversi harga menjadi lebih merata dan kontrak lebih seragam.
“Di bagian pricing, nanti kami akan atur secara jelas agar harga menjadi transparan dan kredibel,” tambah Arief. Pengaturan margin pun akan disesuaikan dengan volatilitas tiap produk, berbeda dengan kondisi saat ini di mana margin masih sama untuk seluruh produk. Hal ini diyakini akan memperkuat kepercayaan investor terhadap pasar derivatif domestik.
Selain standarisasi, penguatan kompetensi pelaku pasar menjadi perhatian BI. Bersama asosiasi terkait, BI akan menggelar program sertifikasi, penguatan market of conduct, dan literasi investor agar semua pihak memahami mekanisme derivatif secara menyeluruh.
“Dengan integrasi dan penguatan kompetensi, kita berharap pelaku pasar dapat bertransaksi lebih efisien dan aman, sekaligus mendukung pengembangan pasar derivatif yang lebih dalam,” ujar Arief. Program ini juga sejalan dengan upaya memperluas partisipasi institusi domestik di pasar keuangan, meningkatkan daya saing, serta kesiapan menghadapi volatilitas global.
Dalam jangka panjang, BI menargetkan pasar derivatif Indonesia setara dengan standar internasional, di mana transaksi berjangka dan derivatif menjadi pilar utama likuiditas pasar uang. Hal ini diyakini mendorong efisiensi, stabilitas, dan kedalaman pasar, sekaligus memberikan instrumen baru bagi investor institusi dalam manajemen risiko.
Dengan dua produk baru ini, BI berharap investor dapat memanfaatkan interest rate futures dan effects futures sebagai alat hedging yang fleksibel dan efektif, mendukung pertumbuhan pasar keuangan nasional yang lebih modern. Kesiapan BI dalam pengaturan, standarisasi, dan literasi diyakini menjadi fondasi kuat untuk mencapai target pasar derivatif berstandar internasional.