JAKARTA - Masalah kesehatan lansia di Indonesia menarik perhatian Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin.
Menurutnya, salah satu isu paling krusial yang dihadapi kelompok usia lanjut adalah rendahnya aktivitas fisik. Hal ini diungkapkan Menkes saat rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI ketika memaparkan hasil pemeriksaan Cek Kesehatan Gratis (CKG) untuk lansia.
Dalam paparannya, Budi menegaskan bahwa aktivitas fisik yang minim merupakan masalah paling menonjol dibandingkan gangguan lain seperti mobilitas terbatas, masalah gigi, gangguan penglihatan, dan hipertensi. “Yang paling tinggi itu aktivitas fisiknya kurang,” katanya.
Kondisi ini menunjukkan bahwa lansia yang tidak aktif berisiko mengalami penurunan kualitas hidup, meningkatkan kemungkinan terkena penyakit kronis, dan membuat fungsi tubuh mereka menurun lebih cepat.
Dampak Aktivitas Fisik yang Rendah
Menkes menekankan pentingnya aktivitas fisik sebagai pilar kesehatan jangka panjang. Kurangnya gerak dapat memicu berbagai masalah kesehatan, mulai dari berkurangnya fleksibilitas otot, penurunan kapasitas kardiorespirasi, hingga meningkatnya risiko jatuh dan cedera serius.
“Pendekatan promotif, seperti menyediakan ruang aman untuk berjalan atau beraktivitas fisik, memiliki dampak besar bagi kesehatan jangka panjang kelompok lansia,” ujar Budi. Ia menekankan bahwa tubuh lansia membutuhkan aktivitas rutin agar otot, tulang, dan sistem kardiovaskular tetap optimal.
Infrastruktur yang Mendukung Aktivitas
Budi mencontohkan keberhasilan Singapura dalam mendorong warganya bergerak aktif. Di negara tersebut, trotoar dan jalur pejalan kaki dirancang luas, nyaman, dan ramah pengguna. Dengan adanya pepohonan dan fasilitas yang aman, masyarakat terbiasa berjalan kaki dari satu titik ke titik lain.
“Misalnya kayak Singapura, itu trotoarnya digedein, dikasih pokok, supaya orang-orang dibiasakan jalan kalau mau dari satu lokasi ke lokasi lain,” katanya.
Sayangnya, kondisi di Indonesia masih jauh tertinggal. Menurut Budi, trotoar di beberapa kota terlalu sempit sehingga menyulitkan aktivitas berjalan bersama-sama. “Kalau di Indonesia kan trotoarnya belum sebenarnya luas. Masih, sebetulnya tiga orang jalan susah,” ujarnya.
Penyediaan fasilitas publik yang mendukung gerak aktif menjadi kunci agar lansia bisa melakukan aktivitas fisik rutin dengan aman dan nyaman. Infrastruktur yang baik bukan hanya untuk lansia, tetapi seluruh masyarakat.
Edukasi Melalui Gaya Hidup Pejabat
Budi menekankan pentingnya teladan dari pejabat publik untuk mendorong masyarakat menjalani gaya hidup aktif. Ia mencontohkan Wakil Menteri Kesehatan yang rutin bersepeda puluhan kilometer sebagai bagian dari edukasi kesehatan masyarakat. “Wamen saya naik sepeda berapa puluh kilometer,” ujarnya.
Dengan contoh nyata ini, pemerintah berharap masyarakat terinspirasi untuk aktif bergerak, bukan sekadar melakukan olahraga formal sesekali. Aktivitas harian, seperti berjalan kaki atau bersepeda, juga dianggap sebagai bentuk olahraga yang efektif untuk lansia.
Lansia dan Fenomena Penduduk Menua
Indonesia kini memasuki fase penduduk menua, di mana jumlah lansia di berbagai kota sudah melebihi kelompok usia muda. Kondisi ini menuntut pemerintah untuk memprioritaskan layanan kesehatan lansia, yang tidak lagi bisa dianggap sebagai isu sampingan.
Budi menegaskan bahwa paket layanan lansia harus terintegrasi dalam sistem kesehatan nasional. Salah satu langkah yang diambil adalah memasukkan paket layanan lansia ke dalam IDRG (Indonesia Diagnosis Related Groups).
Paket ini mencakup pemeriksaan 16 parameter kesehatan khusus lansia, mulai dari fungsi fisik, anemia, hingga indikator penyakit kronis.
Aktivitas Fisik sebagai Strategi Pencegahan
Rendahnya aktivitas fisik bukan hanya berdampak pada kebugaran fisik, tetapi juga meningkatkan risiko penyakit degeneratif.
Lansia yang jarang bergerak berisiko lebih tinggi mengalami penurunan kekuatan otot, keseimbangan terganggu, serta kemungkinan jatuh yang dapat menyebabkan cedera serius atau komplikasi jangka panjang.
“Pendekatan promotif penting untuk menjaga agar lansia tetap sehat, aktif, dan mampu menjalani kegiatan sehari-hari secara mandiri,” ujar Menkes. Aktivitas fisik yang rutin membantu memperlancar aliran darah, menjaga massa otot, dan meningkatkan fleksibilitas sendi.
Advokasi dan Dukungan Pemerintah Daerah
Menkes menekankan bahwa pemerintah daerah perlu berperan aktif menyediakan fasilitas yang mendukung lansia untuk bergerak. Trotoar yang aman, ruang terbuka hijau, serta jalur pejalan kaki yang nyaman menjadi bagian dari strategi kesehatan preventif.
Kemenkes juga siap membantu advokasi agar pemerintah daerah dapat menyiapkan lingkungan yang memudahkan masyarakat, terutama lansia, bergerak. Dengan begitu, lansia dapat menjalani gaya hidup sehat secara rutin tanpa merasa terbatas oleh kondisi lingkungan.
Rendahnya aktivitas fisik pada lansia menjadi masalah utama yang harus segera diatasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah penyakit degeneratif.
Pemerintah menekankan pendekatan promotif melalui infrastruktur yang mendukung gerak aktif, edukasi gaya hidup sehat, dan penyediaan layanan kesehatan khusus lansia.
Dengan upaya terpadu ini, Indonesia dapat memastikan lansia tetap sehat, mandiri, dan mampu menikmati masa lanjut usia dengan kualitas hidup yang optimal.
Aktivitas fisik bukan sekadar olahraga formal, tetapi bagian penting dari strategi kesehatan lansia yang harus dijalani setiap hari.