Lahirnya Hari Ayah Nasional, Wujud Penghargaan untuk Semua Ayah

Rabu, 12 November 2025 | 09:18:38 WIB
Lahirnya Hari Ayah Nasional, Wujud Penghargaan untuk Semua Ayah

JAKARTA - Setiap tanggal 12 November, masyarakat Indonesia merayakan Hari Ayah Nasional sebuah momen yang menghadirkan refleksi mendalam tentang peran ayah dalam kehidupan keluarga dan sosial.

Di tengah kesibukan zaman modern yang sering kali menuntut waktu dan perhatian, peringatan ini mengingatkan kita bahwa figur ayah memiliki tempat yang tak tergantikan dalam pembentukan karakter dan kasih sayang di rumah.

Namun, siapa sangka bahwa lahirnya Hari Ayah Nasional bermula dari sebuah kegiatan sederhana di kota Solo, Jawa Tengah?

Awal Mula Gagasan Hari Ayah Nasional

Gagasan mengenai adanya Hari Ayah Nasional muncul pada tahun 2004, dipelopori oleh Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP) di Solo. Saat itu, PPIP tengah mengadakan kegiatan Sayembara Menulis Surat untuk Ibu yang rutin diadakan menjelang Hari Ibu, seperti dikutip dari berbagai sumber.

Di luar dugaan, kegiatan tersebut memunculkan pertanyaan menarik dari para peserta. Banyak yang bertanya, “Mengapa Indonesia memiliki Hari Ibu, tetapi belum ada hari khusus untuk ayah?” Pertanyaan sederhana itu kemudian menjadi bahan perbincangan panjang bagi anggota PPIP.

Diskusi demi diskusi pun dilakukan, hingga akhirnya PPIP mengajak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Surakarta untuk membahas gagasan tersebut lebih jauh.

Dari pertemuan itu lahir kesadaran baru: bahwa ayah juga memiliki peran besar dalam kehidupan keluarga, bukan hanya sebagai pencari nafkah, tetapi juga sebagai pelindung, penopang, dan teladan bagi anak-anak.

Pemikiran tersebut menjadi landasan penting dalam menetapkan Hari Ayah Nasional sebagai bentuk penghargaan bagi sosok yang sering kali bekerja dalam diam, namun memberikan pengaruh besar bagi keluarga dan masyarakat.

Deklarasi Hari Ayah Nasional

Setelah dua tahun bergulirnya ide tersebut, pada 12 November 2006, PPIP resmi mendeklarasikan Hari Ayah Nasional. Deklarasi ini berlangsung di Solo, dan secara serentak juga diadakan di Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dalam momen bersejarah itu, PPIP meluncurkan sebuah buku berjudul “Kenangan untuk Ayah”, yang berisi 100 surat anak-anak Indonesia tentang sosok ayah mereka. Buku ini menjadi simbol penghormatan terhadap dedikasi ayah yang jarang disorot, namun begitu bermakna dalam kehidupan keluarga.

Selain peluncuran buku, dalam acara yang sama juga diumumkan pemenang sayembara menulis surat untuk ayah. Peserta yang mengikuti berasal dari berbagai daerah di Indonesia menandakan bahwa semangat menghargai ayah bukan hanya milik satu komunitas, melainkan dirasakan luas di berbagai kalangan masyarakat.

Pemilihan tanggal 12 November sendiri bukan tanpa alasan. Tanggal ini dipilih untuk menyeimbangkan posisi dengan Hari Ibu Nasional yang jatuh pada 22 Desember.

Dengan demikian, kedua hari peringatan tersebut menjadi simbol keharmonisan peran ayah dan ibu dalam keluarga, yang saling melengkapi dalam menjalankan tanggung jawab dan kasih sayang.

Makna Hari Ayah Nasional

Deklarasi Hari Ayah Nasional bukan sekadar perayaan simbolik, tetapi juga bentuk pengakuan terhadap pentingnya peran ayah dalam keseharian keluarga. Di tengah masyarakat yang sering kali lebih fokus pada sosok ibu, momen ini hadir untuk menegaskan bahwa kasih sayang ayah juga memiliki kedalaman yang sama.

Seiring berjalannya waktu, makna Hari Ayah di Indonesia berkembang semakin luas. Peringatan ini tidak lagi terbatas untuk ayah biologis, melainkan juga mencakup ayah tiri, ayah tunggal, kakek yang membesarkan cucunya, hingga figur ayah dalam lingkungan sosial siapa pun yang memberikan keteladanan, perlindungan, dan cinta bagi anak-anak di sekitarnya.

Hari Ayah Nasional menjadi pengingat bahwa kasih sayang tidak selalu diekspresikan melalui kata-kata, melainkan melalui tanggung jawab, kerja keras, dan pengorbanan yang dilakukan setiap hari.

Relevansi di Masa Kini

Dalam konteks modern, peringatan ini juga menyoroti pentingnya kesetaraan peran orang tua. Hari Ayah menjadi refleksi bahwa pengasuhan anak bukan hanya tugas ibu semata. 

Sosok ayah memiliki peran penting dalam mendampingi pertumbuhan emosional dan moral anak, sekaligus memberi teladan tentang tanggung jawab dan keberanian.

Lebih jauh, momen ini juga mendorong masyarakat untuk menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan keluarga. 

Banyak ayah yang kini berusaha lebih aktif terlibat dalam kegiatan anak-anak mereka mulai dari membantu belajar, menemani bermain, hingga sekadar berbagi waktu bersama di rumah.

Dengan semangat tersebut, Hari Ayah Nasional tidak hanya menjadi perayaan tahunan, tetapi juga ajakan untuk membangun relasi keluarga yang lebih setara dan harmonis.

Menghargai Peran Ayah Sepanjang Waktu

Meskipun peringatannya hanya sekali dalam setahun, nilai yang terkandung dalam Hari Ayah Nasional sejatinya dapat dihidupi setiap hari. 

Menghormati dan menyayangi ayah tidak harus menunggu tanggal 12 November, karena apresiasi yang tulus bisa diwujudkan dalam hal-hal sederhana seperti mendengarkan nasihatnya, berterima kasih atas perjuangannya, atau sekadar meluangkan waktu bersama.

Dari Solo hingga seluruh pelosok Nusantara, semangat Hari Ayah Nasional terus menyebar. Ia bukan hanya tentang mengenang, tetapi juga menghidupkan kembali kesadaran akan pentingnya sosok ayah dalam perjalanan hidup setiap anak.

Melalui peringatan ini, masyarakat diingatkan bahwa di balik setiap keluarga yang kuat, selalu ada ayah yang berjuang dalam diam menjadi sandaran tanpa pamrih, pahlawan nyata yang keberadaannya sering terlupakan, namun cintanya tak pernah pudar.

Terkini