JAKARTA - Pasar mobil bekas di Indonesia kini menghadapi tantangan yang semakin kompleks.
Selain harus bersaing dengan mobil baru, tren kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan kebijakan pemerintah terkait insentif pajak turut memengaruhi dinamika pasar.
PT Astra Digital Mobil (ADMO), yang dikenal sebagai OLXmobbi, menyoroti sejumlah faktor yang menjadi pengaruh utama terhadap bisnis mobil bekas, mulai dari penurunan daya beli masyarakat hingga subsidi kendaraan listrik yang mendorong perubahan harga pasar.
Direktur OLXmobbi Agung Iskandar menjelaskan, pasar mobil bekas selalu bergerak mengikuti kondisi ekonomi makro, perubahan regulasi, dan inovasi produk baru yang terus bermunculan.
“Adapun, beberapa faktor yang akan selalu mewarnai dinamika pasar mobil bekas antara lain regulasi pemerintah seperti subsidi mobil listrik, situasi ekonomi yang memengaruhi pelemahan daya beli dan penurunan tingkat persetujuan kredit,” ujar Agung.
Subsidi Mobil Listrik Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Pemerintah Indonesia telah mendorong adopsi mobil listrik melalui berbagai insentif. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 12 Tahun 2025, pemerintah memberikan PPN Ditanggung Pemerintah (DTP) 10% untuk mobil listrik impor completely knocked down (CKD), serta PPnBM DTP 15% untuk impor mobil listrik CBU dan CKD, ditambah pembebasan bea masuk untuk mobil listrik CBU.
Kebijakan ini mendorong harga mobil listrik menjadi lebih kompetitif, bahkan mulai menyentuh segmen mobil ramah lingkungan yang terjangkau.
Contohnya, BYD Atto 1 dibanderol mulai Rp195 juta untuk varian Dynamic dan Rp235 juta untuk tipe Premium di wilayah Jakarta. Sementara Jaecoo J5 EV, produk dari Tiongkok, resmi diluncurkan dengan harga mulai Rp249,9 juta.
Harga kompetitif ini membuat konsumen yang tadinya mempertimbangkan mobil konvensional mulai beralih ke mobil listrik. Perubahan ini secara tidak langsung memberi tekanan pada pasar mobil bekas, terutama pada segmen mobil dengan harga serupa.
Daya Beli Masyarakat Masih Menjadi Faktor Penentu
Selain insentif EV, daya beli masyarakat menjadi faktor penting yang memengaruhi transaksi mobil bekas. Agung menyebut, banyak konsumen menunda pembelian barang bernilai tinggi karena kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil.
Selain itu, terjadi peningkatan penggunaan pembiayaan alternatif seperti gadai BPKB dan refinancing. Hal ini menunjukkan perubahan perilaku konsumen, yang kini lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan pembelian kendaraan.
“Dinamika pasar mobil bekas selalu bergantung pada berbagai faktor ekonomi makro, daya beli masyarakat, serta inovasi produk mobil baru yang terus bermunculan,” tambah Agung.
Data Penjualan Mobil Bekas Jan–Sep 2025
Berdasarkan data internal OLXmobbi, sepanjang Januari hingga September 2025, penjualan mobil bekas secara nasional mengalami penurunan rata-rata 5% hingga 10% year-on-year (yoy).
Meskipun ada penurunan, OLXmobbi mencatat penjualan unit mobil bekas sebanyak 23.900 unit pada periode yang sama, naik 24% yoy dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini menunjukkan adanya optimisme di pasar digital, yang mampu menyeimbangkan penurunan transaksi di pasar tradisional.
Inovasi Platform dan Adaptasi Pasar
OLXmobbi menegaskan bahwa adaptasi menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan pasar. Dengan memanfaatkan teknologi digital, perusahaan berupaya mempermudah proses transaksi, mempercepat negosiasi, dan memberikan pengalaman pengguna yang lebih nyaman.
Agung menekankan, “Kami berkomitmen untuk terus beradaptasi dan memberikan solusi terbaik bagi konsumen, sehingga optimisme ini dapat terealisasi secara berkelanjutan.”
Selain inovasi platform, OLXmobbi juga menjalin kerja sama dengan lembaga pembiayaan untuk mempermudah akses kredit bagi konsumen, mengingat sebagian calon pembeli mobil bekas masih menghadapi hambatan dalam mendapatkan persetujuan kredit dari bank atau lembaga keuangan lain.
Efek Subsidi EV Terhadap Pasar Mobil Bekas
Subsidi kendaraan listrik, meski mendorong adopsi EV, berdampak langsung terhadap pasar mobil bekas. Mobil konvensional, terutama yang berada di segmen harga rendah hingga menengah, harus bersaing dengan EV yang harga jualnya kompetitif berkat insentif pemerintah.
Situasi ini membuat penjual mobil bekas harus pintar menyesuaikan strategi penetapan harga dan promosi. Bahkan, beberapa jenis mobil yang sebelumnya populer mulai menurun permintaannya, karena konsumen mempertimbangkan biaya operasional yang lebih efisien dan teknologi ramah lingkungan pada mobil listrik.
Tantangan dan Peluang Pasar ke Depan
Pasar mobil bekas Indonesia diproyeksikan akan tetap dinamis. Penurunan daya beli masyarakat dan insentif mobil listrik menjadi tantangan utama, namun peluang tetap ada bagi pemain yang mampu beradaptasi.
Strategi yang tepat, seperti peningkatan layanan digital, penyesuaian harga, dan kerja sama dengan lembaga pembiayaan, dapat menjadi kunci keberhasilan. Selain itu, edukasi konsumen terkait nilai jual kembali, efisiensi, dan manfaat kendaraan listrik akan semakin penting.
OLXmobbi menegaskan bahwa pasar mobil bekas akan terus dipengaruhi oleh faktor ekonomi, regulasi pemerintah, dan inovasi produk baru.
Subsidi EV dan daya beli masyarakat mungkin menimbulkan tekanan jangka pendek, tetapi dengan strategi adaptif, pasar mobil bekas tetap memiliki peluang untuk tumbuh.
Direktur OLXmobbi, Agung Iskandar, menutup pernyataannya, “Kami berkomitmen untuk menghadirkan solusi terbaik bagi konsumen, memastikan optimisme pasar mobil bekas dapat terealisasi secara berkelanjutan, dan mendukung pertumbuhan industri otomotif Indonesia secara keseluruhan.”