Tren Penerbitan Obligasi Multifinance Diprediksi Tetap Tinggi Hingga Akhir Tahun

Kamis, 09 Oktober 2025 | 12:10:31 WIB
Tren Penerbitan Obligasi Multifinance Diprediksi Tetap Tinggi Hingga Akhir Tahun

JAKARTA - Aktivitas penerbitan obligasi oleh perusahaan pembiayaan (multifinance) diproyeksikan masih akan ramai hingga akhir tahun 2025.

Tren ini muncul seiring kebutuhan pendanaan yang terus meningkat serta kondisi pasar modal yang relatif kondusif, menjadikan surat utang korporasi sebagai alternatif strategis bagi sektor multifinance.

Ahmad Nasrudin, Fixed Income Analyst PEFINDO, menilai bahwa prospek penerbitan obligasi multifinance pada kuartal IV tetap positif. “Sektor multifinance secara historis merupakan salah satu penerbit surat utang korporasi terbesar, dan data hingga kuartal III-2025 menunjukkan adanya peningkatan nilai penerbitan yang signifikan,” ujar Ahmad.

Pertumbuhan piutang pembiayaan yang masih positif menjadi salah satu faktor utama mendorong perusahaan multifinance untuk mencari sumber pendanaan eksternal. 

Dana yang dihimpun melalui penerbitan obligasi sebagian besar akan digunakan untuk modal kerja dan menutup kewajiban refinancing surat utang yang akan jatuh tempo. “Selain untuk modal kerja, sebagian besar penerbitan obligasi ini juga akan digunakan untuk memenuhi kewajiban refinancing surat utang yang akan jatuh tempo,” imbuh Ahmad.

Berdasarkan data PEFINDO, nilai surat utang multifinance yang jatuh tempo pada kuartal IV-2025 mencapai Rp 6,58 triliun. 

Sementara hingga akhir September 2025, PEFINDO mencatat adanya mandat penerbitan obligasi dari empat perusahaan multifinance dengan total rencana penerbitan mencapai Rp 11,70 triliun. Hal ini menunjukkan minat yang tinggi dari sektor multifinance untuk memanfaatkan pasar surat utang sebagai sumber pendanaan.

Ahmad menambahkan, penurunan suku bunga acuan juga menjadi katalis positif bagi penerbitan surat utang korporasi. Biaya dana yang lebih murah memberi ruang bagi perusahaan multifinance untuk menekan beban keuangan. “Kami juga masih melihat peluang penurunan suku bunga lebih lanjut, yang akan semakin mendukung efisiensi biaya pendanaan,” jelasnya.

Meski demikian, kinerja pembiayaan multifinance masih sedikit tertekan akibat lemahnya daya beli masyarakat. Namun, Ahmad menilai tren penurunan suku bunga berpotensi mendorong pemulihan permintaan pembiayaan secara bertahap. “Memang pembiayaan masih lesu saat ini, tetapi dengan penurunan suku bunga, arah pergerakannya mulai berbalik menguat,” ungkapnya.

Keunggulan penerbitan obligasi bagi perusahaan multifinance bukan hanya terletak pada efisiensi biaya, tetapi juga pada diversifikasi sumber pendanaan. Mengandalkan surat utang memberi perusahaan fleksibilitas dibandingkan hanya bergantung pada pinjaman bank, sekaligus memperkuat struktur modal untuk ekspansi penyaluran kredit baru. “Pendanaan melalui surat utang berperan penting sebagai diversifikasi sumber dana dan menjadi pilihan strategis selain pinjaman bank,” tandas Ahmad.

Tren penerbitan obligasi multifinance ini juga tercermin dari pertumbuhan nilai penerbitan hingga kuartal III-2025. Data PEFINDO menunjukkan kenaikan signifikan sebesar 34,47% dibanding periode yang sama pada 2024. Lonjakan ini menegaskan posisi multifinance sebagai salah satu sektor korporasi yang aktif memanfaatkan pasar surat utang untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dan ekspansi bisnis.

Selain itu, penerbitan obligasi multifinance sebagian besar terfokus pada produk yang mendukung ekspansi kredit baru, terutama di tengah tren penurunan suku bunga yang memicu minat masyarakat untuk mengakses pembiayaan. Strategi ini diharapkan dapat membantu perusahaan menjaga pertumbuhan piutang sekaligus memastikan keberlanjutan portofolio kredit yang lebih sehat.

Ahmad juga menekankan bahwa kondisi pasar modal yang mendukung dan permintaan kredit yang mulai bangkit menjadi kombinasi ideal bagi penerbitan surat utang multifinance. Dengan dukungan regulator dan minat investor yang tetap tinggi terhadap obligasi korporasi, prospek penerbitan obligasi hingga akhir tahun diprediksi akan tetap solid.

Secara keseluruhan, meskipun tantangan ekonomi seperti daya beli masyarakat yang menurun masih ada, sektor multifinance tetap melihat pasar surat utang sebagai instrumen strategis untuk menggalang dana. Tren ini diperkirakan akan berlanjut hingga akhir 2025, seiring kebutuhan pendanaan yang besar dan kondisi pasar yang relatif stabil.

Dengan memanfaatkan obligasi sebagai instrumen pendanaan, perusahaan multifinance dapat menyeimbangkan strategi ekspansi kredit, refinancing, dan efisiensi biaya. Langkah ini tidak hanya mendukung kinerja jangka pendek, tetapi juga memperkuat posisi sektor multifinance sebagai pemain utama di pasar surat utang korporasi Indonesia.

Terkini