JAKARTA - Menjaga kesehatan tubuh tidak hanya bergantung pada pola makan dan olahraga, tetapi juga pada bagaimana tubuh menjalankan fungsi alaminya salah satunya buang air kecil.
Aktivitas yang sering dianggap sepele ini ternyata memiliki peran besar dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh dan mencegah berbagai gangguan kesehatan.
Melalui proses buang air kecil (BAK), tubuh menyingkirkan zat sisa metabolisme, menjaga keseimbangan elektrolit, dan membantu sistem detoksifikasi alami bekerja dengan baik.
Karena itu, memahami seberapa sering seseorang buang air kecil dalam sehari bisa menjadi petunjuk penting tentang kondisi kesehatan secara umum.
Tak sedikit orang yang bertanya-tanya: sebenarnya, berapa kali buang air kecil yang bisa disebut normal? Pertanyaan ini cukup penting, sebab frekuensi buang air kecil yang terlalu jarang maupun terlalu sering bisa menjadi sinyal adanya gangguan tertentu pada tubuh.
Frekuensi Normal Buang Air Kecil Menurut Pakar Urologi
Menurut Dr. Jamin Brahmbhatt, seorang ahli urologi di Orlando Health sekaligus kontributor CNN, pada siang hari orang yang sehat biasanya buang air kecil sekitar 6 hingga 8 kali.
“Bagi kebanyakan orang, wajar saja jika mereka perlu buang air kecil setiap tiga hingga empat jam di siang hari,” jelas Brahmbhatt. Ia menambahkan, “Pada malam hari, idealnya Anda hanya bangun untuk kencing sekali atau bahkan tidak sama sekali. Jika Anda terbangun lebih dari itu, bisa jadi ada yang tidak beres.”
Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa tubuh memiliki ritme alami dalam mengatur produksi urine berdasarkan aktivitas dan waktu. Ketika pola itu berubah, tubuh mungkin sedang memberi tanda adanya ketidakseimbangan.
Namun, variasi tetap mungkin terjadi. Beberapa orang dapat buang air kecil hingga 10 kali sehari, terutama jika mereka mengonsumsi banyak cairan.
Hal ini tidak selalu menjadi masalah, selama tidak disertai keluhan lain seperti rasa nyeri, anyang-anyangan, atau urgensi berlebihan.
Pengaruh Jenis Minuman terhadap Frekuensi Kencing
Selain jumlah air yang diminum, jenis minuman juga memengaruhi seberapa sering seseorang buang air kecil.
Dr. David Shusterman, ahli urologi bersertifikat dari NY Urology, New York City, menjelaskan bahwa minuman seperti alkohol, teh, dan kopi dapat membuat seseorang lebih sering kencing. Hal itu karena kandungan diuretik di dalamnya yang merangsang ginjal untuk memproduksi urine lebih banyak.
Minuman tersebut juga dapat mengiritasi kandung kemih, sehingga membuat tubuh merespons dengan sinyal ingin buang air kecil lebih sering dari biasanya.
Oleh sebab itu, seseorang yang rutin mengonsumsi kopi atau teh dalam jumlah besar cenderung memiliki frekuensi buang air kecil yang lebih tinggi dibanding mereka yang tidak.
Namun, menurut para ahli, tidak ada angka pasti yang berlaku untuk semua orang. “Sejujurnya, setiap orang sedikit berbeda, jadi tidak ada angka pasti yang cocok untuk semua orang,” tutur Brahmbhatt.
Faktor Lingkungan dan Kondisi Fisik Berpengaruh
Brahmbhatt menambahkan bahwa faktor lingkungan dan aktivitas fisik juga berpengaruh besar terhadap frekuensi buang air kecil. Misalnya, saat cuaca panas atau ketika seseorang banyak berkeringat, tubuh kehilangan cairan melalui keringat, sehingga produksi urine akan berkurang.
Sebaliknya, ketika cuaca lebih sejuk atau seseorang tidak banyak berkeringat, urine yang dihasilkan cenderung lebih banyak. Oleh karena itu, mengenali apa yang normal bagi tubuh sendiri menjadi hal yang sangat penting.
“Yang penting adalah mengetahui apa yang normal bagi Anda. Jika Anda tiba-tiba lebih sering pergi ke kamar mandi atau justru lebih jarang mungkin ada baiknya Anda memeriksakan diri, terutama jika hal itu mengganggu kualitas hidup Anda,” ujar Brahmbhatt menegaskan.
Ketika Buang Air Kecil Menjadi Tidak Normal
Perubahan pola buang air kecil bisa menjadi tanda awal adanya gangguan kesehatan. Misalnya, jika seseorang buang air kecil berlebihan tanpa sebab yang jelas bukan karena banyak minum hal itu bisa disebabkan oleh sindrom kandung kemih terlalu aktif, diabetes, infeksi saluran kemih, atau efek samping obat-obatan tertentu.
Menurut Brahmbhatt, salah satu obat yang sering menyebabkan peningkatan frekuensi buang air kecil adalah obat diuretik, yang biasa diresepkan untuk tekanan darah tinggi atau penyakit jantung.
Obat ini memang dirancang untuk membantu tubuh mengeluarkan kelebihan cairan, sehingga urine pun lebih sering dikeluarkan.
Selain itu, kehamilan juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan frekuensi buang air kecil. Hal ini dijelaskan oleh Dr. Shusterman, yang menyebut bahwa kehamilan membuat tubuh membutuhkan lebih banyak cairan.
Akibatnya, metabolisme air meningkat dan kandung kemih mendapat tekanan tambahan dari rahim yang membesar.
Mengenali Pola Normal Tubuh Sendiri
Kunci utama dalam menjaga kesehatan saluran kemih adalah mengenali pola tubuh sendiri. Tidak semua orang memiliki ritme yang sama.
Ada yang lebih sering buang air kecil karena metabolisme cairannya cepat, sementara yang lain lebih jarang karena gaya hidup atau kebiasaan minum yang berbeda.
Yang perlu diwaspadai adalah ketika terjadi perubahan mendadak tanpa penyebab yang jelas. Misalnya, tiba-tiba sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil, muncul rasa nyeri saat kencing, atau warna urine menjadi keruh dan berbau tajam.
Gejala-gejala tersebut sebaiknya tidak diabaikan karena bisa menandakan adanya infeksi atau gangguan pada ginjal maupun kandung kemih.
Dengarkan Sinyal dari Tubuh Anda
Buang air kecil mungkin terlihat sederhana, tetapi sebenarnya merupakan indikator penting dari kesehatan tubuh. Frekuensi buang air kecil yang normal sekitar 6 hingga 8 kali di siang hari, dan maksimal satu kali di malam hari menjadi tanda bahwa tubuh berfungsi dengan baik.
Namun, karena setiap orang memiliki kebutuhan cairan dan kondisi metabolisme yang berbeda, tidak ada ukuran tunggal yang berlaku universal.
Yang terpenting, kenali pola tubuh Anda, jaga hidrasi yang cukup, dan segera konsultasikan ke dokter bila terjadi perubahan yang tidak biasa.
Dengan memahami ritme alami tubuh, kita dapat menjaga kesehatan saluran kemih sekaligus meningkatkan kualitas hidup secara menyeluruh.